Bantaeng Run 10 K 2019, Benarkah Jabir Lebih Hebat dari Thomas?

Pelaksanaan Bantaeng Run 10 K 2019.
H Jabiruddin saat dikonfirmasi AMBAE di depan Gedung DPRD Kabupaten Bantaeng (09/12/19).

AMBAE.co.id – Bantaeng. Bantaeng Run 10 K 2019 yang berlangsung Minggu kemarin (08/12/19), rupanya masih jadi trending topic, khususnya di wilayah Kabupaten Bantaeng. Perbincangan itu tidak terlepas dari Juara I yang diraih Pelari asal Kenya, Afrika Timur bernama Thomas dan seorang rekannya.

Keduanya masing-masing menempati podium pertama kelas Pelari pria dan perempuan. Perbincangan berikutnya terkait seorang Pelari lokal yang tampil memukau selama event berlangsung.

Adalah H Jabiruddin, Pelari (Runner) asal Bantaeng. Dari garis start hingga finish di Lapangan Lompobattang, dia tidak mengenakan sepatu seperti Runner lain.

Membuatnya layak diacungi jempol. Betapa tidak, rute yang dilalui cukup menantang sejauh 10 Kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit.

Read:  SMA Negeri 4 Bantaeng Launching Warkop Panrita 44

Dibanding Thomas yang masuk finish di menit 30,33, dia hanya terpaut 10 menit. Sementara Jabir sebentar lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke-53.

“Luar biasa ini H Jabir, usianya sudah kepala 5 tapi masih kuat lari dan tidak pakai sepatu”, ujar H Subhan yang menemani Jabir saat ditemui AMBAE, Senin siang (09/12/19).

Subhan selaku Kadis Pariwisata Kabupaten Bantaeng yang duduk berdampingan di Taman depan Gedung DPRD Kabupaten Bantaeng menyatakan kekagumannya pada Pelari senior Bantaeng tersebut. Digambarkan bahwa sejak 20 tahun silam, dirinya telah menyaksikan kehebatan Jabir dengan sejumlah prestasi yang membuat Bantaeng disegani untuk cabang olah raga atletik.

Read:  PKK SulSel Targetkan 1 Juta UMKM Sudah Gunakan Aplikasi GoJek

Menanggapi itu, Jabir membeberkan alasannya tidak mengenakan sepatu selama event Bantaeng Run 10 K 2019. Sepatu khusus miliknya rusak dengan kondisi sedikit sobek, beberapa saat sebelum lomba dimulai.

“Tadinya Saya mau pakai sepatu long run yang khusus untuk lari di jalan raya (road running shoes). Tapi karena sobek, Saya putuskan untuk lari tanpa sepatu”, ungkap Jabir.

Diikuti dengan bertanya kepada Panitia Pelaksana. Dia ingin memastikan jika di sepanjang rute tidak ada kerikil yang bisa mengganggu.

“Panitia bilang, Saya pastikan rute aman dengan kerikil lepas sampai finish”, tuturnya menirukan kata-kata Panitia.

Alhasil Jabir satu-satunya Pelari tanpa alas kaki, mampu melewati garis finish bersama Pelari lainnya. Bahkan setibanya di safety area, Jabir langsung mendaftarkan diri untuk bisa mengikuti event berikutnya di Kabupaten Jeneponto.

“Insya Allah Saya mengawali registrasi di Lapangan Lompobattang kemarin untuk lomba di Jeneponto tanggal 15 Desember 2019. Kelas Master 40 ke atas akan Saya ikuti disana”, pungkasnya.

Guru di Pondok Pesantren Ihya Ulumuddin Kampung Beru Bantaeng itu menargetkan Juara I. Ditegaskan bahwa kelas tersebut hanya akan muncul 3 pemenang, beda dengan Kelas Umum hingga Juara Kelima. (*)