Munculnya Kerajaan Fiktif Picu Bentara Budaya Yogyakarta Adakan Pameran Foto Keraton

Bentara Budaya Yogyakarta gelar Pameran Foto.
Yunanto (kanan) saat diwawancarai Mursyid Ambae (kiri) pada gelaran Pameran Foto Bentara Budaya Yogyakarta (08/02/20).

AMBAE.co.id – Yogyakarta. Digelar sejak seminggu lalu oleh Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Pameran Foto Keraton telah dihadiri ratusan pengunjung. Jumlah itu tercantum jelas di registrasi buku tamu saat Awak Media AMBAE, Mursyid Ambae menyambangi lokasi kegiatan di Jalan Suroto, Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Sabtu (08/02/2020).

Terlihat dua area pameran foto saat melewati pintu masuk. Satu diantaranya memuat foto dan beberapa tulisan dari sejumlah koran. Adapun tulisan tersebut isinya merespon kemunculan kerajaan-kerjaan fiktif di Indonesia beberapa pekan lalu.

Sebut saja Keraton Agung Sejagat, Kerajaan Sunda Empire dan beberapa kerajaan fiktif lainnya. Muncul tiba-tiba dan tersorot media mulai cetak, online hingga elektronik.

Di ruangan utama, dipajang dokumentasi beberapa kerajaan di Pulau Jawa. Seperti foto Sultan HB X, IX, VIII Kesultanan Ngayogyakarta.

Read:  Hindari Nge-Drugs Jika Marah, Cukup Baca Al-Qur'an

Yunanto selaku Pengelola BBY mengatakan dokumentasi dari kerajaan di luar Jawa yang tersebar di wilayah Indonesia turut dipajang. Diantaranya foto Sultan Deli dari Medan dan Raja Buleleng di Bali.

“Jadi ada beberapa kerajaan di Indonesiaa bukan hanya di Jawa. Juga dipamerkan beberapa tempat di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan Tidore. Mungkin itu yang bisa dilihat sebagai keragaman di Indonesia”, ujarnya saat diwawancarai di ruang utama.

Ia juga menjelaskan alasan diadakannya Pameran Foto Keraton di BBY. Pihaknya ingin menampilkan catatan sejarah beberapa kerajaan di Indonesia.

“Bentara Budaya Yogyakarta adakan acara ini, kita rancang memang tidak terlalu lama. Kita ingin memperlihatkan kembali sejarah adanya kerajaan di Indonesia. Entah kebetulan atau tidak bersamaan dengan munculnya keraton (fiktif) yang baru-baru ada itu. Makanya kita ada satu ruang untuk keraton (fiktif)”, ungkapnya.

Sumber foto-foto yang dipajang kata dia berasal dari Majalah Kajawen hingga beberapa majalah di zaman Hindia-Belanda. Satu diantaranya yakni Neerlands Indie: Land en Volk Geschiedenis en Bestuur Bedriff en Samenleving, terbitan Uitgevers Maatschapphy “Elsevier”, 1912.

“Ini sumbernya dari majalah zaman Hindia-Belanda. Kemudian kita kumpulkan foto-fotonya dan beritahukan (meminta persetujuan) kepada pihak yang punya foto-foto tersebut”, tambah Yunanto.

Dia berharap selain untuk menunjukkan dokumentasi kerajaan terdahulu. BBY juga ingin agar masyarakat bisa melihat lebih cermat keberadaan kerajaan-kerajaan di Indonesia, termasuk kerajaan fiktif yang sempat menghebohkan itu.

“Kita ingin memperlihatkan satu catatan perjalanan sejarah. Yang kedua memang biar orang memahami bahwa kemunculan keraton itu tidak bisa seketika, tiba-tiba begitu, kan. Itu ada prosesnya sendiri dan biar tidak bingung misalnya ada muncul keraton-keraton baru”, pungkasnya.

Yunanto bahkan menyorot seperti apa legitimasi keraton fiktif dimaksud. Begitupun historisnya seperti apa hingga mengklaim punya kekuasaan penuh atas suatu wilayah dan juga rakyat tertentu.

“Mungkin saja, sebenarnya itu hanya sebuah proyek politik atau tidak. Nah itu yang ingin kita tampilkan”, tutup dia.

Pameran Foto itu dijadwalkan akan berakhir tanggal 13 Februari 2020. Pengunjung bisa menyaksikan karya fenomenal di dalamnya dari pukul 09:00 hingga 21:00 WIB. (*)