
AMBAE.co.id – Toraja Utara. Bertempat di Toraja Heritage Hotel (THH) yang berlokasi di Jalan Ke’te Kesu’, Karassik, Kabupaten Toraja Utara pada Rabu (22/09/21), Suhardi menerima Satya Lancana Kepariwisataan dari Presiden Republik Indonesia, H Joko Widodo. Disematkan Bruno S Rantetana selaku Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Selamat dan sukses, hanya lima orang di Indonesia tahun ini”, ujarnya sembari menyematkan Satya Lancana.
Satya Lancana yang terpasang rapi di atas saku kanan kemeja Suhardi diikuti dengan selembar piagam yang telah ditanda tangani. Tanda kehormatan di bidang kepariwisataan itu diantarkan langsung oleh pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparkeraf/Bapafekraf RI).
Diterima di Gedung Mulo beberapa waktu lalu, Bruno kemudian mencari moment tepat untuk menyerahkannya kepada yang bersangkutan. Sebelumnya penganugerahan dilangsungkan secara hybrid dari Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 17, Jakarta yang bertepatan peringatan HUT RI ke-76 tahun pada Selasa, 17 Agustus 2021.
Bruno yang karib disapa BSR menyebutkan, Suhardi memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sangat luas mengenai kepariwisataan dan kebudayaan Sulawesi Selatan. Apalagi Toraja Utara yang dulunya masih menyatu dengan Kabupaten Tana Toraja.
Suhardi telah melanglang buana hingga ke pelosok-pelosok Toraja dan Kabupaten/Kota lainnya di Sulsel. Hal itu diperkuat dengan profesinya yang erat kaitannya, bahkan bersentuhan langsung dengan dunia kepariwisataan.
“Saya yakin pak Suhardi ini punya pengalaman luar biasa di bidang pariwisata. Beliau sudah lama bergelut dan mendedikasikan diri untuk Sulawesi Selatan, untuk Toraja dan untuk pariwisata dan budaya”, jelasnya.
Penyematan itu cukup mengejutkan bagi Suhardi, tatkala dirinya menghadiri kegiatan yang digagas Disbudpar Sulsel di THH. Bersama 2 orang praktisi dan seorang akademisi, Suhardi didaulat menjadi narasumber Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) Pariwisata Sektor Hotel dan Pondok Wisata selama sehari.
BSR kepada AMBAE menerangkan, Sulsel bersaing dengan 33 provinsi di Indonesia. Melalui serangkaian penjaringan hingga tim Kemenparkeraf/Bapafekraf RI meninjau langsung ke lapangan, menemui nominator untuk membuktikan seberapa besar peran aktifnya mengembangkan dan memajukan pariwisata.
Sulsel patut berbangga karena diwakili dua orang Pemerhati Pariwisata mendapatkan Satya Lancana Kepariwisataan. Selain Suhardi, tokoh lainnya yakni Yohan Tangke Salu, saat ini mengemban amanah sebagai Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Toraja Utara serta menjalankan usaha bidang pariwisata.
“Alhamdulillah, Puji Tuhan Sulsel dapat dua. Ini tidak main-main karena ditanda tangani Presiden”, ungkapnya.
Satya Lancana kedua belum diserahkan kepada Yohan mengingat saat ini masih berada di Bali. BSR menegaskan, pihaknya tidak akan mewakilkan dan juga tidak diwakilkan.
Penyematan dan penyerahan secara resmi bagi Bruno sengaja dilakukan agar masyarakat dan pemerintah paham betul akan kehadiran tokoh-tokoh kepariwisataan di Sulsel ini. Bekerja tanpa mengharapkan balasan penghargaan, mereka patut diteladani, pemerintah pun kata Bruno selayaknya memberi ganjaran setimpal atas jasa dan dedikasinya selama puluhan tahun.
“Kalau memang kita mau bekerja, silakan bekerja dengan harapan, mudah-mudahan apa yang kita lakukan bisa bermanfaat untuk orang banyak, otomatis kan akan dapat pahalanya, minimal itu. Pak Suhardi ini contohnya, begitu juga pak Yohan. Saya dapat informasi, sekarang ada di Bali jadi penyerahannya belum sampai waktu tidak kita tentukan”, pungkasnya.
Dikatakan lebih lanjut, nominator Sulsel berbeda dengan provinsi lainnya. Suhardi misalnya yang disebut tak jauh bedanya dengan orang pribumi Toraja.
Sementara di provinsi lain justru sebagian besar muncul karena kedekatan emosional maupun unsur X lainnya. Sehingga banyak yang tidak lolos, hanya mampu mengantongi rekomendasi pejabat karena kemungkinan saudaranya Bupati atau Walikota, keluarganya Gubernur dan sebagainya.
“Setelah ini muncul (pengumuman), telepon berdering terus, banyak yang bertanya, apa syaratnya? Saya sampaikan tidak ada, silakan bekerja, yang akan menilai itu tidak buta, kami tidak kenal siapa-siapa dan sama sekali kami tidak mengintervensi pusat, untuk apa juga”, tutur BSR.
Dia berharap ke depan akan lahir dan muncul lebih banyak lagi orang yang peduli dengan kepariwisataan. Suhardi bukanlah putera Toraja, tapi BSR menyematkannya gelar “Lebih Toraja” alias “Toraja Banget”.
Sebagaimana Kemenparkeraf/Baparekraf RI melalui Sandiaga Salahuddin Uno selaku Menteri menganugerahkan tanda kehormatan itu karena meyakini kelima tokoh dimaksud berprestasi dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun. Memiliki jasa besar dan berprestasi luar biasa dalam meningkatkan pembangunan, kepeloporan dan pengabdian di bidang kepariwisataan yang dapat dibuktikan dengan fakta yang konkrit secara terus-menerus.
“Setelah ini apalagi, tetap bekerja dan harusnya lebih ditingkatkan lagi. Ada penghargaan yang lebih tinggi, Bintang Maha Putra, tapi sejatinya penghargaan utama adalah masyarakat paham dan sadar akan pariwisata karena apa yang kita lakukan, lalu masyarakat sejahtera karena ekonominya meningkat”, tutup BSR.
Suhardi yang menerima tanda kehormatan mengatakan, pencapaian hari ini buah dari kerja-kerja sosial selama ini. Tentu telah melalui beragam rintangan, perjuangan dan pengorbanan serta kendala yang melibatkan pihak lain untuk membangun pariwisata sekaligus mensinergikan dengan profesinya dan usahanya yang mengedepankan bisnis.
“Tentu bersyukur, mudah-mudahan memotivasi untuk lebih baik lagi”, kata Suhardi.
Di hadapan peserta pelatihan, Suhardi membeberkan pengalamannya bergabung, berkontribusi dan memajukan sejumlah organisasi atau lembaga pariwisata. Bisa eksis hingga hari ini, cikal bakalnya karena Suhardi rela membangunnya dari nol, kemudian mengajak para pengusaha pariwisata untuk bersama-sama menjalankan lembaga itu.
“Kebetulan Saya bergelut di jasa transportasi pariwisata. Memang awalnya Saya dari Guide (Tour Guide), jadi tepatlah kiranya hari ini Saya disematkan Satya Lancana di Toraja”, tandasnya.
Pemerhati pariwisata itu menjabat sebagai Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Sulsel Periode 2018 hingga 2023. Selain itu, menjabat Kepala Perwakilan Yayasan Desa Wisata Nusantara Sulsel sekaligus Koordinator Wilayah Sulawesi.
Lembaga lainnya yakni MASATA (Masyarakat Sadar Wisata), dirinya mengemban amanah Wakil Ketua untuk Sulsel. Lalu Anggota Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Sulsel.
Berikutnya, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Penjualan Tiket Penerbangan Indonesia (ASTINDO), Ketua Asosiasi Jasa Angkutan Wisata Sulsel serta Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sulsel Periode 2009-2019 dan kini dipercayakan sebagai Koordinator Wilayah di HPI Sulsel.
“Jadi memang Saya mengawali karir di pariwisata. Saya masuk Toraja tahun 1984 sebagai Pemandu Pariwisata Bahasa Jerman”, terang Suhardi.
Kala itu, dirinya masih berstatus mahasiswa di IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Ujung Pandang, sebelumnya bernama IKIP Makassar dan kini berganti nama menjadi Universitas Negeri Makassar (UNM).
“Bisa menikmati bagaimana indahnya pariwisata untuk mancanegara saat itu, kita bolak-balik Makassar. Toraja ini berlian, sedikit dipoles mengkilap dia”, tutupnya. (*)