AMBAE.co.id – Bulukumba. Satu lagi langkah konkrit Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (DisBudPar SulSel) dalam rangka meningkatkan kualitas dan kapasitas kepariwisataan. Terutama di wilayah administratif Kabupaten Bulukumba yang berada di bagian Selatan SulSel.
Tak lain, daerah yang masuk jajaran sasaran program prioritas pengembangan kepariwisataan SulSel. Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) Sektor Pariwisata Bidang Hotel dan Pondok Wisata adalah tajuk kegiatan yang dihelat DisBudPar SulSel di Same Resort, Pantai Bira, Kabupaten Bulukumba pada Kamis (01/07/21).
Dikerja samakan dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba dan BPC PHRI (Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia). Diikuti sekitar 60 orang, peserta merupakan para karyawan dua sub sektor. Ditambah beberapa Kepala Desa yang intens membangun dan mengembangkan Desa Wisata.
“Kegiatan ini dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. Kami menggandeng Dinas Pariwisata dan juga BPC PHRI Bulukumba, tentu kita berharap ini betul-betul dimanfaatkan peserta karena tidak setiap waktu kegiatan ini ada”, ungkap Bruno S Rantetana selaku Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata (Kabid SDP) DisBudPar SulSel.
SDM Pariwisata bagian penting dan tak terpisahkan dari kepariwisataan itu sendiri. Terlebih jika mampu memberikan pelayanan prima dan memuaskan wisatawan, niscaya wisatawan akan kembali berkunjung di kemudian hari.
Lebih jauh lagi, sekaligus menjadi promosi gratis terhadap calon wisatawan lainnya, baik itu lokal, domestik maupun mancanegara. Bruno memandang pentingnya peningkatan SDM Pariwisata ini, terus di-upgrade dan di-update pengetahuan, pemahaman serta pengalamannya dari waktu ke waktu.
Termasuk pengelola wisata, pelaku wisata dan stakeholder terkait untuk menjadi corong serta penggerak membumikan masyarakat sadar wisata. Sehingga pentahelix yang didengung-dengungkan tidak sekedar di permukaan semata, melainkan merasuk hingga seluruh sub sektor, demikian halnya terhadap sektor lainnya yang saling bertautan dengan pariwisata.
“Kita sasar karyawan hotel dan pondok wisata kali ini. Targetnya, teman-teman akan makin memahami bagaimana memberikan pelayanan optimal sesuai SOP (Standard Operating Procedure). Makanya pakarnya juga ada di sini, ada 3 Narasumber”, terangnya yang sekaligus mewakili KadisBudPar SulSel, Denny Irawan Saardi.
Narasumber dimaksud yakni Ketua GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) SulSel, Suhardi, Sekretaris BPC PHRI (Badan Pengurus Cabang – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bulukumba, Arsyad Ridla. Narasumber ketiga adalah Dosen Poltekpar (Politeknik Pariwisata) Makassar, Ahmad.
Bahkan Bruno dalam laporannya membeberkan kondisi terkini Pantai Bira Bulukumba dalam kacamata penilaiannya. Diketahui Bruno telah puluhan tahun berkecimpung di sektor pariwisata, khususnya SulSel.
Tentu kata dia, ada peningkatan signifikan setidaknya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Dirinya mengapresiasi Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Bulukumba, Muhammad Ali Saleng yang diyakini menjadi sebagai motor utama makin bersih dan indahnya kawasan Bira.
“Sejak beliau menempati kursi kepemimpinan Dinas Pariwisata, betul-betul berubah ini Bira. Untuk mengubah mindset orang, itu sulit. Kenyataan sekarang, Bira dan masyarakatnya terus mengalami perubahan. Berarti ada orang atau pihak di dalam yang bisa mempengaruhi itu”, bebernya sembari mengajak peserta pelatihan memberi tepuk tangan meriah.
Masih Bruno, tantangan Bira dan destinasi wisata lainnya ke depan, tatkala Kadispar Ali bukan lagi di posisi itu, selayaknya tidak diikuti dengan kembali merosotnya Bira seperti era sebelumnya. Masyarakat dan pelaku wisata harus mensupport main element dari pentahelix yakni Pemerintah.
“Tidak kita harapkan, pak Kadis ini selesai (ataupun pindah tugas) lantas berhenti juga (kemajuan Bira). Ini yang kita tekankan, jangan mengharapkan Pemerintah saja, Pemerintah itu terbatas juga. Ketika Pemerintah bekerja tidak didukung masyarakat, yakin itu tidak akan berhasil”, tegasnya.
Alasan lain, Bulukumba ditetapkan sebagai daerah dengan program prioritas kepariwisataan oleh Pemerintah Provinsi SulSel bukanlah sekedar retorika. Jauh di masa lampau, SulSel dikenal karena Bulukumba dengan Pantai Bira-nya di samping Toraja (Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara saat ini) dengan wisata religi dan budayanya.
Pelatihan selama sehari itu, dibuka secara resmi Muhammad Ali Saleng. Dia lebih awal menyampaikan apresiasi atas keseriusan peserta, hadir totalitas. Lebih membanggakan lagi kata Ali, Kepala Desa turut berpartisipasi aktif dengan hadir sejak pagi untuk melakukan rangkaian Rapid Test Antigen sebelum memasuki area pelatihan.
“Saya mengapresiasi Kepala Desa yang hadir saat ini. Semoga banyak hal bisa kita petik, kita pelajari dan cermati lalu kita aplikasikan di wilayah kerja kita masing-masing”, tuturnya.
Sementara terkait pola perubahan lingkungan dari kawasan destinasi wisata Pantai Bira, Ali mengatakan bukanlah hasil perjuangan seorang diri. Ada masyarakat terlibat di dalamya, begitu pun organisasi, lembaga, komunitas dan OPD terkait di lingkup Pemkab Bulukumba.
“Teman-teman PHRI membentuk komunitas untuk menangani sampah. Itu berarti tidak semua penanganan pariwisata dibebankan kepada Pemerintah. Memang tidak mudah, tapi kalau kita lakukan perlahan dan serius, Saya kira itu bukan hal mustahil”, kata Ali.
Senada Bruno, dia meyakinkan peserta pelatihan bahwa Pemerintah tidak pernah berpikir untuk jalan sendiri memajukan pariwisata. Maju bersama dengan masyarakat terutama pelaku pariwisata adalah pilihan utama dan tepat yang tidak bisa ditawar-tawar.
“Dalam pengembangan pariwisata Bulukumba, perlahan tapi pasti terus kita berbenah dan melakukan perubahan”, tandasnya.
Dia mengapresiasi pula DisBudPar SulSel atas dipilihnya Bulukumba mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas SDM sub sektor hotel dan pondok wisata. Kegiatan itu serta merta memberikan peluang bagi Bulukumba semakin menempatkan diri makin tinggi status pariwisatanya di SulSel. (*)