Disbudpar Sulsel Latih Puluhan Pengelola Hotel dan Pondok Wisata Toraja Utara

 

Kegiatan pelatihan SDM Pariwisata di Toraja Utara.
Bruno S Rantetana berbicara di hadapan peserta pelatihan di Toraja Heritage Hotel, Toraja Utara (22/09/21).

AMBAE.co.idToraja Utara. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) tak henti-hentinya memberi perhatiannya kepada Kabupaten dan Kota yang mencapai 24 daerah. Sektor demi sektor digenjot untuk menopang gerbang Timur Indonesia ini, seperti halnya pariwisata yang menjadi sektor unggulan.

Melalui Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Provinsi Sulsel, dilaksanakan pelatihan di Toraja Heritage Hotel, Jalan Ke’te Kesu’, Karassik, Kabupaten Toraja Utara pada Rabu (22/09/21). Dihelat sehari, bertajuk Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) Pariwisata Sektor Hotel dan Pondok Wisata.

Dimana diikuti sekira 50 orang pengelola serta karyawan hotel dan pondok wisata. Pelatihan itu dihadiri langsung Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara, Yorry R Lesawengen. Dia sekaligus membuka acara selepas menyampaikan sambutannya.

Dikatakan, merugilah peserta jika tidak memanfaatkan kesempatan amat berharga itu untuk menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman dari para pakarnya. Disbudpar Sulsel diyakini dia punya kepedulian tersendiri kepada Toraja (Tana Toraja dan Toraja Utara).

“Pariwisata Toraja tidak akan maju tanpa kolaborasi. Kekurangan kami bisa dininimalkan karena kami terbantu sekali dengan kehadiran teman-teman dari provinsi, dalam hal ini Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Red: Bruno S Rantetana) bersama rombongan”, ujarnya.

Malah memuji Bruno yang juga adalah putera Toraja. Namun begitu, tidak berarti daerah lain diabaikan dibanding Toraja, terbukti kata dia, 22 Kabupaten/Kota lainnya turut mendapat pelatihan dalam kesempatan berbeda.

“Saya yakin dan percaya, sebagai orang Toraja, beliau pasti banyak perhatian lebih. Tapi, walaupun bukan orang Toraja, Saya sama yakinnya pak Bruno dan teman-teman di provinsi memang care (peduli) memajukan kepariwisataan Sulawesi Selatan”, tutur Yorry.

Jika semua dibebankan ke daerah, Toraja misalnya kata Yorry, maka kepariwisataan akan stagnan pada kondisi yang biasa-biasa saja. Baginya, membangun pariwisata harus dimaknai total, semua unsur mengambil peran, baik pemerintah dari pusat hingga daerah maupun masyarakat, komunitas, pengusaha, akademisi dan media.

Read:  Kembangkan Potensi Pelaku Usaha dan ASN, Prof Jufri Minta Pelatihan 17 Subsektor Ekraf

Disbudpar Sulsel pada kegiatan itu menghadirkan praktisi yang kapabel di bidang pariwisata sebagai narasumber. Pertama, Islahuddin selaku Ketua Jurusan Hospitality di Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar yang memaparkan materi “Pengetahuan dan praktek SOP perhotelan dan pondok wisata”.

Disusul Ketua GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) Sulsel, Suhardi dengan materi “Meningkatkan citra kepariwisataan”. Ketiga, Ketua DMO (Destination Management Organization) Toraja sekaligus Anggota PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Sulsel, Aloysius Lande dengan materi “Penerapan CHSE (Cleanliness/Kebersihan, Health/Kesehatan, Safety/Keamanan dan Environment/Ramah lingkungan) dalam industri hotel dan pondok wisata”.

Read:  Safari Ramadhan: Ilham Azikin Bacakan Hadits Terkait Pentingnya Silaturahmi

Untuk materi “Pelayanan prima” dibawakan oleh Wakil Ketua PHRI Toraja Utara, Yohanis Limbong Allolayuk. Sementara itu Bruno menegaskan bahwa pelatihan dihelat tak lain dalam rangka upaya Pemprov Sulsel untuk senantiasa meningkatkan kualitas layanan hotel dan pondok wisata di Sulsel, khususnya di Toraja Utara dari waktu ke waktu serta meluas dan menyebar hingga ke level masyarakat sebagai penerima manfaat sektor pariwisata.

“Pelatihan hari ini untuk meningkatkan pemahaman Sumber Daya Manusia pariwisata, terutama bagi para pengelola hotel dan pondok wisata. Jadi peserta akan memperoleh informasi bermanfaat mengenai kebijakan pariwisata daerah”, jelasnya.

Di samping meningkatkan pelayanan usaha akomodasi hotel dan pondok wisata. Pada akhirnya berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan ke Sulawesi Selatan.

“Kalau tadinya pelayanannya cuma mengharapkan wisatawan datang berkunjung, setelah ini kita tahu bagaimana memikat wisatawan bisa menginap. Mungkin satu malam sudah lumayan, berikutnya bisa dua malam, tiga malam, apalagi kalau tinggal lebih lama di tempat kita”, tegasnya.

Harapan terbesarnya, wisatawan dapat ikut berbaur dengan masyarakat. Toraja dikenal dengan budayanya, bagaimana bercocok tanam dan beternak, pada sub sektor wisata religi tidak diragukan lagi.

“Semua ini bergantung cara, metode dan standar pelayanan yang kita berikan. Jangan sampai wisatawan baru tiba sudah tidak sabar untuk pulang, tapi bagaimana agar mereka betah, kita ajak ke sawah ikut menanam, bisa juga ikut menggembala tedong (kerbau)”, paparnya.

Bruno yang didampingi Kepala Seksi Peningkatan Kompetensi SDM Pariwisata (PKSDMP), Kirana Halim dan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat (PM), M Ibrahim Halim menantang peserta untuk tampil beda usai mengikuti pelatihan. Bekal ilmu pengetahuan yang diterima sedapat mungkin diterapkan di hotel, pondok wisata, desa wisata, destinasi wisata dan usaha penopang sektor pariwisata seperti UKM yang menyediakan oleh-oleh bagi wisatawan.

Read:  Sebulan Penuh Monumen Mandala Membiru Untuk Memperingati Hari Peduli Autis Sedunia

Pembeda itu nantinya akan menentukan kualitas pemiliknya dan pengelolanya serta produk/jasa yang ditawarkan kepada wisatawan. Dampaknya mempengaruhi masyarakat sekitar untuk lebih sadar wisata. (*)