AMBAE.co.id – Makassar. Tari Toraja yang menjadi kebanggaan masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan (SulSel) mengantar Indonesia berkiprah di kancah internasional, khususnya seni dan budaya. Sejumlah Anggota Kepolisian Republik Indonesia mementaskannya di Afrika.
Lebih tepatnya di Elfasher Danfur, Sudan, Afrika Utara, Jum’at, 20 Agustus 2021. Tampil memukau di hadapan perwakilan negara lainnya pada event Celebration Night 76th Indonesia Independence Day.
Informasi terkait penampilan tim tersebut datang dari Wahyudi Hasan, salah seorang anggota tim kepada Syamsuniar Malik selaku Kepala Pengembangan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (DisBudPar) Provinsi SulSel pada Minggu malam (22/08/21), sekira pukul 21:45 Wita. Wahyu menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya atas andil besar institusi di bawah naungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) SulSel itu.
“Ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini Dinas Pariwisata (Red: DisBudPar) yang telah membantu memfasilitasi perlengkapan Tari Toraja serta mengirimkan Pelatih untuk memberikan pelatihan tari kepada kami. Sehingga tarian dari Toraja SulSel dapat kami pentaskan di tanah Afrika serta disaksikan oleh beberapa perwakilan negara”, tutur Syamsuniar yang menirukan pernyataan Wahyu yang berpangkat Brigadir Polisi dari Batalyon A Pelopor Makassar.
Ditambahkan Syamsuniar, DisBudPar SulSel memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) handal dengan sejumlah potensi di bidang seni, budaya dan kepariwisataan. Satu diantaranya Andi Musliadi, seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan kepiawaiannya menari serta memainkan sejumlah alat musik.
Gayung bersambut, undangan khusus datang di tahun 2019, meminta DisBudPar SulSel untuk memberikan pelatihan tari secara privat. Pihaknya menyambut dan segera merespon, Andi Musliadi diutus ke Jakarta untuk melatih.
“Timnya terdiri dari para Bapak-bapak Polisi dan Ibu-ibu Polwan (Polisi Wanita). Kami menjawab undangan waktu itu, kemudian pak Andi Musliadi kami utus ya, targetnya melatih tim yang akan berangkat ke Afrika untuk bisa menari di sana”, ujarnya.
Berjuluk Cultural Exchange sebagai Police Guard Unit untuk misi perdamaian dunia. Tergabung ke dalam Tim Garuda atas perwakilan Indonesia untuk UN (United Nation) atau PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Tim itu berasal dari Satuan Tugas FPU (Formed Folice Unit) 12 UNAMID (United Nations African Mission In Danfur) pada misi PBB di Danfur, Sudan. Sebagian merupakan pasukan gabungan Brimob Polda SulSel.
“Pasukan yang terpilih menari ini mengenalkan tarian khas daerah kita dari Toraja dan Alhamdulillah dari event itu, Saya yakin semakin mendunia. Seperti disampaikan pak Wahyu, tentu tari ini dikenalkan pula kepada personil UNAMID dan personil FPU yang berasal dari negara lain.
Sementara event bertajuk Celebration Night 76th Indonesia Independence Day kata Syamsuniar, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 tahun yang jatuh pada 17 Agustus 2021 lalu. Meski berselang lebih 1 tahun baru tampil, kemampuan menari tim tetap memuaskan.
Tepuk meriah dan riuh penonton tampak dari sebuah video pendek yang diterima AMBAE. Beranggotakan 6 penari wanita dan 4 laki-laki, tak hanya Tari Toraja, Andi Musliadi juga membekali pengetahuan Angngaru dan Tari Paduppa.
“Jadi yang dilatihkan, khusus budaya Sulawesi Selatan. Bagaimana Angngaru, lalu menari Tari Paduppa dengan Tari Toraja”, jelas Mus, sapaan akrabnya pada Senin (23/08/21).
Tidak semulus dan secantik hasilnya kata dia, proses melatih para personel kepolisian menemui beragam tantangan. Waktu dibutuhkan melatih hanya sekira 2 minggu, sementara calon penari belum memiliki dasar mumpuni.
“Saya latih sekitar 2 minggu, saat itu Saya bertolak dari event lainnya di Malang, langasung memenuhi undangan melatih pak Polisi dan Polwan Tim Garuda untuk misi perdamaian PBB ke Afrika”, kata Mus.
Pelatihan yang dilakukannya mengusung metode gerak cepat, efektif, efisien dan menargetkan hasil optimal sebelum tenggat waktu ditentukan. Dua minggu itu digunakan untuk audisi semua personil Tim Garuda, selanjutnya muncul beberapa orang terpilih.
“Saya utamakan yang cepat menangkap gerakan yang dilatihkan karena ini harus cepat diterima dan dipraktekkan sebelum berangkat ke Afrika. Memang kendala utama sebenarnya waktu, Saya harus ekstra menyesuaikan waktu mereka, cuma 2 jam sehari, itupun sudah larut malam setelah mereka latihan militer”, ungkapnya.
Namun begitu, Mus mengaku takjub sekaligus terkesima dengan kemampuan personil yang luar biasa. Meski lelah selepas latihan dari pagi hingga malam dan waktu istirahatnya seharusnya digunakan semestinya, latihan menari tetap rutin terlaksana.
“Saya salut dengan energi dan kemampuan serta kegigihan mereka. Itu mungkin karena mereka juga adalah pasukan terpilih dari sekian banyak dari Indonesia”, pungkasnya.
Mus pun merasa senang dan bahagia dapat berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman. Kemampuan yang dimiliki tidak diragukan lagi, khususnya di SulSel, bahkan kerap mengharumkan nama SulSel di kancah nasional dan internasional. (*)