AMBAE.co.id – Makassar. Devo Khaddafi alias Devo, menjamu sejumlah Pelaku UMKM dalam sebuah pertemuan di Gedung MULO pada Selasa, 28 Juni 2022. Bangunan yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 23, Kelurahan Mangkura, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar itu menjadi tempat diskusi membahas sinergitas untuk memajukan sektor ekonomi kreatif (ekraf).
“Tabe’ silakan dinikmati makanan tradisional ini. Kalau disini, memang begitu ji, kita lebih sering menyajikan makanan dari pangan lokal,” kata Devo yang kental dialeg Makassar.
Tersaji ubi goreng, pisang goreng, bakwang, dan ragam nyamikan lainnya. Devo membeberkan, menu sederhana tapi kaya akan gizi itu dijual di kantin pegawai yang ditempatkan di kawasan kantor Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Disbudpar Sulsel).
Selaku tuan rumah, dia yang juga adalah Sekretaris Disbudpar Sulsel meyakinkan 8 Pelaku UMKM yang hadir, bahwa pihaknya sangat terbuka untuk berkolaborasi dan membangun sinergitas dalam upaya pengembangan sektor budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Pelaku UMKM yang berminat hadir mempromosikan dan memasarkan produknya di Gedung MULO, dapat difasilitasi. Terdapat area outdoor dan indoor di sekitar Gedung MULO, khususnya di bagian dalam yang menjadi space (ruang) bagi UMKM.
“Disini ada UMKM yang menyediakan kopi, lengkap dengan gerobaknya. Jadi pegawai ataupun mereka yang berkunjung ke Gedung MULO bisa menikmati kopi sambil mungkin ngobrol di gazebo yang ada di dalam,” ujarnya.
Sementara di sisi depan dan samping (halaman) Gedung MULO, masih belum memungkinkan untuk diberikan ruang berjualan, utamanya yang berlangsung lama hingga berkesinambungan. Mengingat bangunan itu tercatat sebagai cagar budaya, salah satu prasyarat yang wajib ditaati adalah bangunan tidak boleh terhalang apapun.
“Untuk di depan sementara belum kita buka, karena ini bangunan cagar budaya. Kita kasi kesempatan untuk di dalam sini, gedung ini tidak hanya berfungsi sebagai kantor dinas, tapi juga sebagai destinasi wisata,” tegas dia.
Dengan begitu, masyarakat maupun wisatawan bisa mengunjungi Gedung MULO untuk ragam keperluan. Semisal, melihat dan mempelajari bangunan peninggalan Belanda itu, ataupun untuk kebutuhan lain yang mengarah pada pengenalan sejarah dan budaya.
“Maka akan sangat bagus kalau ada Pojok UMKM seperti yang kita sinergikan dengan hotel-hotel, kalau ini sudah jalan. Teman-teman UMKM mungkin bisa siapkan produknya, apalagi kalau ada makanan tradisional seperti yang kita siapkan sekarang,” imbuhnya.
Disamping itu, Disbudpar Sulsel punya event bulanan yang rutin menghadirkan Pelaku UMKM di MULOFEST (Festival MULO). Devo mengajak mereka yang tergabung dalam SultanPreneur Action untuk turut ambil bagian.
Paling tidak kata Devo, Pandemi yang berdampak putusnya kontrak kerja sama UMKM dengan industri dan UMKM lainnya, melalui fasilitasi Disbudpar Sulsel ini, menjadi momen tepat menunjukkan kesiapan menyambut kerja sama lainnya di masa mendatang. Betapa tidak, pihaknya menggandeng e-commerce seperti Grab dalam gelaran MULOFEST.
“Kita juga punya 3 tempat lainnya, ada Gedung Societeit de Harmonie, Monumen Mandala, dan Museum La Galigo di Fort Rotterdam. Satu lagi, Benteng Somba Opu, juga bisa jadi pilihan bagi teman-teman,” pungkasnya.
Pertemuan di Ruang Rapat Disbudpar Sulsel itu dihadiri Sekretaris SultanPreneur Action, Victor. Didampingi anggotanya yang konsen pada produk ekraf, diantaranya kopi, kerajinan tangan, makanan, dan juga sebagai event organizer.
Tawaran Sekdisbudpar Sulsel menjawab keinginan SultanPreneur Action untuk bersinergi. Salah seorang diantaranya, Ersina Rahman dari Masada Food berharap dikutkan dalam berbagai event yang melibatkan UMKM.
“Selain makanan kemasan, Saya juga bikin kue tradisional seperti apam, songkolo. Mungkin kita dari UMKM, bisa diberdayakan,” harapnya.
Indah Puji Lestari, juga anggota SultanPreneur Action minta agar bisa menjual produknya di Gedung MULO. Sehingga pegawai dan pengunjung bisa merasakan nikmatnya produk makanan serta produk lain seperti cinderamata.
“Bolehkah seandainya disini ada kantin, mungkin bisa kita masuk. Kemudian kami bawa produk kami, mungkin kita gilir produknya, dari UMKM lainnya juga begitu,” pinta dia.
SultanPreneur Action pada kesempatab itu, menyinggung pula pelibatan produk UMKM dalam kerja sama berkelanjutan dengan Disbudpar Sulsel. Semisal, ada event tertentu, OPD (Organisasi Perangkat Daerah) tersebut memberdayakan Pelaku UMKM agar produknya laku terjual.
Kepala Seksi Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Bidang Kesenian dan Ekonomi Kreatif, Rahmi Martarina M menyatakan, UMKM saat ini diperhadapkan pada kebijakan yang mewajibkan terdaftarnya pada aplikasi berbasis online. Jadinya, pihak Pemerintah pada khususnya hanya dapat berbelanja melalui sistem terintegrasi itu.
“Semua perlu izin, karena aplikasi sekarang online, itu tidak bayar. Yang kedua, kita siapkan pembayaran lewat QRIS. Apalagi kalau kita ikutkan di BI (red: Bank Indonesia), mintanya apakah sudah ada QRIS,” jelas Emy, sapaan akrabnya.
Disbudpar Sulsel kata dia, memiliki beberapa Sumber Daya Manusia (SDM) terlatih dan bersertifikasi untuk memfasilitasi Pelaku dan produk UMKM bisa bergabung ke dalam sistem seperti “BAJUBODO”. Termasuk memfasilitasi kepemilikan HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual).
“Kami ada beberapa yang sudah dilatih, bisa itu. HaKI juga harus ada,” terangnya. (*)