Sekdisbudpar Sulsel: Bantaeng Mestinya Punya Event Nasional

 

Rombongan Dispar Bantaeng ke Disbudpar Sulsel.
Kedua dari kanan (Harmoni) bertemu Muhammad Jufri (kedua dari kiri) di halaman Gedung Mulo (29/10/21).

AMBAE.co.idMakassar. Dikunjungi rombongan Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Bantaeng, Kemal Redindo Syahrul Putra menekankan agar daerah berjuluk Butta Toa (Tanah Tua) itu memiliki event bertaraf nasional. Hal itu dikemukakan dalam sesi penerimaannya di ruang SSTIC (South Sulawesi Tourism Information Center).

“Semestinya Bantaeng punya event nasional ya. Minimal 1 event seperti Festival Pinisi di (Kabupaten) Bulukumba atau beberapa event lainnya, di Toraja misalnya,” tegas Dindo, sapaan akrabnya pada Jum’at (29/10/21).

Ruang yang menjadi pusat data dan pusat informasi bagi Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Disbudpar Sulsel) itu menyajikan ragam info wisata dari 24 Kabupaten dan Kota. Termasuk Bantaeng yang cukup lengkap dibanding daerah lainnya, Dindo memberikan simulasi singkat penggunaan perangkat berbasis digital.

Rombongan juga diperlihatkan destinasi wisata dari Bantaeng yang sudah ada dalam database system SSTIC. Tiap destinasi memuat data berupa deskripsi, kuliner, peta perjalanan, foto, serta video yang keren-keren.

Dindo yang memangku jabatan Sekretaris Dinas (sekdis) mengatakan, provinsi akan senantiasa mensupport daerah dalam memajukan dan mengembangkan potensi dan juga promosi pariwisata serta budaya. Tercermin dari SSTIC, ditambah rencana penempatan fasilitas serupa di Bandara Sultan Hasanuddin dan Kantor Gubernur Sulsel.

“Di sini juga ada kalender event. Kabupaten atau Kota-nya berikut event yang ada, tanggalnya kapan, di mana lokasinya, beberapa diantaranya adalah event nasional, bahkan ada yang bertaraf internasional, contoh Toraja International Festival di Toraja ya,” jelasnya.

Untuk mengangkat sebuah event menjadi event nasional kata Dindo, tentu awalnya membuat eventnya ada. Perlahan menjadi dikenal dan yang paling penting, event itu berkelanjutan, berkesinambungan, melibatkan banyak pihak, banyak kegiatan, dan rutin tanggal pelaksanaannya.

“Kalau dulu itu ada Calendar of Event (CoE), sekarang namanya Kharisma Event Nusantara (KEN). Ini programnya Kemenparkeraf, tentu selain kita di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, ada dukungan khusus dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi dan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia untuk event-event nasional itu,” pungkasnya.

Tekniknya, buatlah event yang terangkai dengan sejumlah kegiatan di dalamnya seperti seminar, lomba, dan festival. Mengenai durasi event, karena banyaknya kegiatan maka dibutuhkan 3 hari atau mungkin lebih.

“Paling tidak ada rangkaian 3 hari, mereka (wisatawan) tinggal disitu. Maka hidup juga perhotelan, homestay, usaha kuliner, transportasi, dan semua subsektor yang ada,” urai Dindo.

Ditambahkan Syamsuniar Malik selaku Kepala Bidang Pemgembangan Pemasaran bahwa untuk menghadirkan banyak kegiatan dan subkegiatan, perlu kolaborasi, kerja sama dan sinergitas dengan mitra Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng. Melibatkan Pemerintah, Pelaku Industri, Komunitas hingga masyarakat umum dengan peran berbeda yang saling mendukung.

“Pak Sekdis tadi mencontohkan Toraja, baru-baru ini di Toraja dilaksanakan Toraja Highland Festival. Ada lomba fotografi di Lolai (Negeri Di Atas Awan), lomba melukis mereka tempatkan di Ke’te Kesu’, kemudian ada seminar, itu tempatnya di hotel,” terang Syam.

Kepala Dispar Bantaeng, Harmoni yang memimpin rombongan menanggapi itu dengan sebuah harapan agar di masa mendatang ada satu event nasional yang lahir dari Bantaeng. Saat ini pula, pihaknya menggandeng Poltekpar (Politeknik Pariwisata) Makassar sebagai salah satu mitra dan pendamping pengembangan kepariwisataan.

“Target Bantaeng setidaknya muncul lagi eventnya pariwisata,” ungkapnya.

Harmoni menyampaikan bahwa ada sesuatu yang hilang di Dispar Bantaeng pasca bergesernya Bidang Kebudayaan, melebur ke dalam Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Bantaeng sesuai dengan nomenklatur yang baru. Padahal beberapa tahun silam, event-event sangat erat pertautannya dengan pariwisata.

“Dulu itu kebudayaan ada di Dinas Pariwisata, jadi evetnya banyak di budaya karena Bantaeng memang kental dengan sejarah dan kebudayaan masa lalu. Tapi kita optimis, bahwa sebenarnya kita sudah punya dasar, tinggal diperkuat lagi,” ujar mantan Sekretaris Dinas PMDPPPA Kabupaten Bantaeng itu.

Bersama rombongan, Harmoni memanfaatkan diskusi alot dengan Dindo, Syam dan jajaran Disbudpar Sulsel. Dia juga berkesempatan bertemu Kepala Disbudpar Sulsel, Muhammad Jufri di sela kesibukannya di Gedung Mulo yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 23, Kota Makassar.

Read:  Srikandi MULO Beranikan Diri Jadi Komandan Upacara Pasca 17 Agustus 2022

Harmoni juga berharap dapat menerima kunjungan balasan Disbudpar Sulsel ke Bantaeng. Sebagaimana diungkapkan Dindo bahwa Disbudpar Sulsel akan kembali melakukan roadshow ke 24 Kabupaten dan Kota untuk sejumlah agenda kegiatan, satu diantaranya pengumpulan data pariwisata dan budaya. (*)