
AMBAE.co.id – Bantaeng. Bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantaeng, Relawan Demokrasi (Relasi) menggelar Bincang Buku “Dari Relasi ke Literasi” bertempat di Pelataran Sekretariat Bonthain Institute di Kompleks Stadion Mini Lamalaka Bantaeng pada Rabu malam (25/12/19).
Tiga Narasumber dihadirkan untuk membincangkan seluk beluk buku yang ditulis 45 dari 55 Relasi. Tampil sebagai Narasumber ketiga sekaligus Pembicara Kunci yakni H Ilham Azikin selaku Bupati Bantaeng Periode 2018-2023.
Dikatakan bahwa gerakan literasi sepatutnya dibangun dengan pendekatan kultural. Sehingga akan memberi hasil dan manfaat yang lebih nyata ketimbang pendekatannya hanya secara struktural.
“Gerakan literasi bukan sekedar ikut-ikutan tren. Namun mengalir menjadi gerakan kultural melalui peran aktif komunitas dan perseorangan dari seluruh komponen masyarakat”, jelasnya.
Melalui pendekatan kultural itu akan tercipta gerakan literasi yang secara kualitatif. Banyak hal kata dia bisa dilakukan termasuk Pemerintah dalam mengambil dan menentukan arah kebijakan pembangunan khususnya di Bantaeng.
“Kita keluar dari pakem atau mindset yang ada. Awalny juga Saya anggap literasi itu hanya baca tulis saja, rupanya bertutur bijak dan berdiskusi yang baik bagian dari literasi”, terangnya.
Sebelumnya tampil Mantan Komisioner KPU Kabupaten Bantaeng Periode 2008-2013 dan 2013/2018, Andi Harianto serta Sulhan Yusuf selaku CEO Bonthain Institute sebagai Narasumber pertama dan kedua. Anto menegaskan, menjadi kewajiban semua pihak untuk menggerakkan literasi.
“Wahyu pertama yang turun adalah Iqra. Memerintahkan kita akan membaca. Jadi penting bagi kita sekalian untuk membumikan gerakan literasi dalam semua lini kehidupan”, ujar dia.
Anto kemudian membeberkan hasil survey Programme for International Student Assessment (PISA) di tahun 2016. Dari 610 siswa berusia 15 tahun sebagai sampel, Indonesia menempati urutan keenam dari bawah dari 79 negara.
“Survey PISA menempatkan Indonesia di urutan 72 dari 79 negara untuk tingkat literasi. Di tahun 2015 justru di peringkat ke 67 dari 70 negara yang ada di bumi”, ungkapnya.
Survey itu seharusnya jadi rujukan Kemendikbud RI (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia). Selanjutnya diteruskan ke tingkat daerah, namun bukan justru menurunkan semangat berliterasi kata Anto.
“Mudah-mudahan dijadikan motivasi karena Bantaeng mulai melakukan gerakan literasi dan semakin menggeliat. Sama halnya tulisan dalam buku Relasi, menjadi pelatuk perubahan untuk menggeliatkan literasi di Bantaeng”, tuturnya.
Tidak jauh melenceng dari itu, Sulhan menguatkan pernyataan Anto jika gerakan literasi di Bantaeng tidak lagi pada tataran memulai. Namun sudah pada tingkatan memasyarakat.
“Jika 5 tahun lalu, Bantaeng baru menuju masyarakat literasi, kita terus bergerak diikuti akselerasi seluruh komunitas. Saat ini kita tiba pada Literasi masyarakat Bantaeng”, pungkasnya.
Lanjut Sul yang dikenal sebagai Penulis Botak, literasi Bantaeng sudah berada di tahapan paling mutakhir yang lagi moncer-moncernya. Ibarat flash disk, bisa dicolok kemana saja, sepanjang alat bacanya sesuai perangkat dimaksud.
Bincang Buku itu dihibur dengan penampilan KOMPLEN (Komunitas Pakampong Tulen. Dikesempatan sama, Ilham Azikin menyempatkan diri berduet dengan KOMPLEN menyanyikan lagu Makassar dengan khas musik bergenre langgam. (*)