AMBAE.co.id – Bantaeng. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bantaeng, Abdul Wahab membuka secara resmi Pelaksanaan Geladi Ruang (TTX) dan Geladi Posko (CPX) Bencana Banjir di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan (SulSel) yang berlangsung di Kirei Hotel Bantaeng, Selasa (22/10/19).
Dalam sambutannya, dia mengajak peserta yang mencapai 48 orang agar mengikuti kegiatan itu dengan seksama dan serius. Bahkan berharap agar ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diraih dapat diteruskan kepada masyarakat secara luas.
“Saya berharap ini diikuti secara serius dan bisa ditularkan ke masyarakat. Kepada BNPB Pusat dan BPBD Bantaeng, Saya mengapresiasi kegiatan ini, perlu penyebar luasan kepada masyarakat”, imbuhnya.
Dikatakan lagi bahwa Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi bencana dan patut mendapat perhatian khusus. Bantaeng terbagi 3 zona yakni dataran tinggi atau pegunungan, dataran rendah dan pesisir.
“Dengan 3 zona itu, jangan berpikir bahwa di Bantaeng tidak akan terjadi lagi hal-hal yang tidak kita prediksi di masa mendatang. Gunung kita sekarang kian gundul, pasti dampaknya masyarakat yang ada di dataran rendah termasuk di pesisir”, jelasnya.
Diketahui Bantaeng punya Sumber Daya Manusia (SDM) handal di bidang kedaruratan bencana. Dari 48 peserta, 19 diantaranya merupakan Perencana Daerah Bencana.
Mereka dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantaeng sebanyak 5 orang, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng 1 orang, Dinas Sosial 1 orang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bantaeng 1 orang, Kodim 1410 Bantaeng 2 orang, Polres Bantaeng 1 orang dan Sekretariat Daerah Kabupaten Bantaeng sebanyak 1 orang.
Selebihnya sebagai Pelaksana dari berbagai instansi, lembaga dan komunitas di daerah ini. Bantaeng sendiri, satu dari 5 daerah di Indonesia yang dipilih sebagai lokasi pelaksanan kegiatan ini.
“Hari ini Kabupaten Bantaeng sebagai tuan rumah, minggu lalu di Provinsi Sulawesi Selatan. Minggu depan kita laksanakan di Pacitan, kemudian di Banyuwangi dan terakhir di Kalimantan Tengah”, urai Rucky Nurul Wursanty Dewi selaku Kepala Bidang Program Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Penanggulangan Bencana pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PB-BNPB) Republik Indonesia.
Bantaeng dipilih bukan tanpa alasan kata dia, Pemerintah Pusat melalui BNPB melihat potensi bencana di Bantaeng memungkinkan jika melihat dari sisi bentang alam dan kewilayahan yang mana dibagi ke dalam 3 zona.
“Pusdiklat menggaris bawahi arahan Presiden RI, Joko Widodo untuk melakukan simulasi secara berkala dan teratur. Di bulan Agustus lalu sudah disiapkan soal yang akan dijalankan saat simulasi nanti”, tutur Rucky.
Simulasi Bencana Banjir itu dimaknai Rucky sebagai upaya penguatan kapasitas SDM daerah dalam penanggulangan bencana di masa mendatang.
Wahab dan Rucky kemudian menyematkan tanda peserta sebagai penanda untuk mengawali Geladi selama 4 hari berturut-turut (22-25 Oktober 2019). Kegiatan ini dihadiri pula Plt Kepala BPBD Bantaeng, Muslimin M dan perwakilan BMKG SulSel. (*)