Puluhan Anak Bantaeng Pelajari Budaya Barakong

Bantaeng, Minggu (17/02). Sedikitnya 15 anak belajar Barakong di Rumah Adat Balla Lompoa Bantaeng di Jalan Dr Ratulangi, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. Proses ini sudah berlangsung sejak Sabtu kemarin (16/02) dan berakhir sekitar Minggu sore, 17 Februari 2019.

Dipandu A Rakhmad AB alias Karaeng Dode, puluhan anak dari kalangan pelajar SMA, DDI dan mahasiswa itu melantunkan syair-syair berbahasa Arab dan Makassar. Kedua bahasa menyatu dalam satu naskah membuat lantunan syair jadi unik dan lebih asyik didengar.

Read:  Punggawa Disdikbud Bantaeng Siapkan Hadiah Untuk Hari Jadi Bantaeng 768

Karaeng Dode yang juga salah seorang keturunan Raja Bantaeng menuturkan bahwa pembelajaran itu sebagai bagian dari proses untuk menjaga dan melestarikan budaya yang semakin luntur. Dia khawatir jika hal itu tidak diturunkan, generasi mendatang akan semakin melupakan.

“Barakong ini hanya ada di Bantaeng. Selain itu ada juga peninggalan lain seperti A’royong, dulu dipake saat orang tua mengayun anak-anaknya”, tuturnya.

Sementara H Ibnu Mas’ud Sikki, Tokoh Masyarakat Bantaeng menjelaskan semestinya Barakong tidak bisa dikawinkan dengan Barzanji karena keduanya sejajar. Di zaman lalu kata dia Barakong hanya untuk keturunan bangsawan, sedang masyarakat umum dilaksanakan Barzanji.

Read:  Baksos PKK SulSel di Pattingalloang, Liestiaty F Nurdin Bantu Ratusan Lansia dan Anak

“Barakong tidak dilakukan kecuali acara seperti akkorongtigi atau aqiqah. Sekitar tahun 1800-an Barakong menjadi pembeda acara pernikahan antara keturunan Karaeng dengan masyarakat umum”, jelasnya.

Selama dua hari anak Bantaeng ditempa untuk memahami Barakong, beberapa peneliti dari Makassar berkesempatan menyimak dan meneliti budaya khas Bantaeng ini.

Ketua Konservasi dan Revitalisasi Sastera Makassar, Balai Bahasa SulSel, Mustafa menerangkan bahwa kedatangannya ke Bantaeng sangat tepat dan bisa melihat langsung budaya Bantaeng yakni Barakong.

Read:  Raih Medali Perak Olimpiade Nasional Bahasa Arab, Deisy dan Apmih Minta Maaf

“Barakong ini kita kaji untuk selanjutnya kita kirim hasilnya ke Badan Bahasa di Jakarta”, pungkasnya.

Mustafa mengungkapkan ada 4 tim yang terjun di SulSel. Tak hanya di Bantaeng tapi juga meneliti budaya di Tana Toraja, Barru dan Polman. (*)