Bantaeng, Jum’at (01/03). Karang Taruna Kabupaten Bantaeng yang baru saja menggelar TKKT (Temu Karya Karang Taruna) sehari lalu, Kamis (28/02) di Gedung Balai Kartini Bantaeng menuai protes sejumlah kaum muda di Kabupaten Bantaeng.
Satu diantaranya Yudha Jaya, menganggap pelaksanaan TKKT yang berlanjut Pemilihan Pengurus baru untuk Periode 2019-2024 itu cacat dan perlu ditinjau kembali. Dia menyorot tidak adanya Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Keuangan oleh pengurus lama sebelum memilih pengurus baru.
“LPJ Keuangan periode 2011-2016 wajib ada dan dibacakan. Apalagi Asri Sahrun yang jadi Ketua periode itu tidak hadir sampai selesai kegiatan”, tuturnya.
Pemuda asal Desa Ulugalung, Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng itu kepada AMBAE, Jum’at, 1 Maret 2019, menduga ada yang tidak beres dengan penggunaan anggaran selama 5 tahun lalu di Karang Taruna Bantaeng.
“Peserta TKKT harus mendengar dan menyaksikan apa saja yang sudah dibelanjakan dari uang negara yang mengalir ke Karang Taruna Bantaeng melalui Dinas Sosial Bantaeng”, tegas dia.
Pembacaan LPJ mutlak dilakukan berdasar manual acara yang sudah diagendakan dari awal. Kejanggalan terjadi saat skorsing 30 menit oleh Steering Committee (SC), justru baru melanjutkan acara sekitar 6 jam kemudian.
Gegara itu, Yudha mencatut Karang Taruna Bantaeng tak ubahnya organisasi yang baru lahir dan tidak lebih besar dari organisasi kemahasiswaan di Kampus pada umumnya. Padahal Karang Taruna di Indonesia merupakan organisasi berskala nasional.
Terkait tidak hadirnya Asri Sahrun di perhelatan TKKT Bantaeng, pemuda lainnya yakni Abdul Talib sangat menyayangkan hal tersebut. Dirinya menganggap mantan Ketua itu tidak peduli terhadap organisasi. (*)