Bantaeng, Kamis (14/02). Pertengahan bulan Februari kerap dinanti sebagian orang dengan diperingatinya “Hari Kasih Sayang” atau “Valentine’s Day” tiap tanggal 14 Februari.
Kontroversi perayaan ini masih jadi perdebatan. Meski begitu pemerhati anak, Muhammad Fadli Tamsir yang juga Ketua FABT (Forum Anak Butta Toa) menganggap perayaan itu harus dimaknai sebagai tonggak untuk senantiasa mencurahkan kasih sayang setiap harinya khususnya kepada anak.
“Dalam membimbing anak-anak kita, lakukanlah dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan”, imbuhnya.
Pelajar SMA Negeri 1 Bantaeng itu berharap di Hari Kasih Sayang, semua orang bisa mengerti pentingnya kasih sayang bagi sesama termasuk anak-anak.
Senada itu, Abdul Halim Yakub selaku Penyelenggara Syariah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng kepada AMBAE sepakat bahwa segala upaya bernuansa perdamaian, kerukunan, kerja sama dan kemaslahatan bersama apalagi berlabel kasih sayang harus dihargai dan diapresiasi.
Hanya saja jangan sampai dilabeli dengan kemasan yang mengarah pada menyesatkan umat. Parahnya kata dia, jika melalaikan hak dan kewajiban, maka itu perlu dievaluasi.
“Yang jadi masalah kalau aplikasi dan kemasan Hari Kasih Sayang dilabeli hal-hal yang melalaikan hak dan kewajiban”, tuturnya.
Lanjut dijelaskan, bagi umat Muslim semua hari adalah Hari Kasih Sayang. Bisa dipertanyakan kemusliman dan kemukmimannya jika misi Rahmatan Lilaalamin diabaikan.
Valentine’s Day di dunia barat (Wikipedia) dimaknai sebagai hari dimana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya. Diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk “valentines”. (*)