
AMBAE.co.id – Makassar. Event bertajuk Jeneberang River Festival digelar untuk tahun 2020. Mengambil titik pusat acara di Jalan Daeng Tata III Lorong II, Kelurahan Tamalate, Kecamatan Parang Tambung, Kota Makassar.
Mengusung tema “Jelajah Sungai Jeneberang Melalui Gerak dan Bunyi”, kegiatan itu akan berlangsung 3 hari (23-25 Oktober 2020). Dibuka secara langsung Kepala BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Sulawesi Selatan, Andi Syamsu Rijal.
Dia yang mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Dirjenbud Kemedikbud RI) menggambarkan bagaimana sebuah pelabuhan besar dan terkenal pernah ada di sekitar Sungai Jeneberang. Kala itu dua kerajaan kembar yakni Tallo dan Gowa berjaya hingga menggaung namanya ke kancah internasional.
“Posisi Jeneberang menjadi tempat sangat penting. Menjadi tempat transportasi dan aktifitas perdagangan internasional, ini kebanggan yang perlu selalu kita jaga dan angkat kembali”, tutur Rijal pada Jum’at pagi (23/10/20).
Turut hadir pada kesempatan itu Kepala Bidang Pengembangan dan Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (DisBudPar) Provinsi Sulawesi Selatan, Syamsuniar Malik yang mewakili KadisBudPar SulSel. Dalam pernyataannya kepada AMBAE berharap agar potensi kepariwisataan di Sungai Jeneberang bisa lebih ditingkatkan lagi.
Dirinya mengambil sampel beberapa Daya Tarik Wisata di dunia yang mirip dengan destinasi itu dan sudah berkembang pesat. Misalnya Sungai Musi serta sungai-sungai yang ada di Bangkok, Thailand maupun kanal Venesia di Italia.
“Kalau potensi, Saya kira Sungai Jeneberang tidak akan kalah dengan sungai di daerah lain, baik lebarnya maupun aktifitas yang berlangsung. Supaya lebih termanfaatkan dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat dan daerah, bisa dibuatkan paket wisata, perahu ditata dengan baik dan pengelolaannya juga lebih bagus”, tegasnya.
Bersama rombongan, usai seremonial pembukaan, dilakukan ritual “Appanaung Ri Jeneberang”. Perahu yang dimodifikasi sedemikian rupa mengangkut puluhan tamu ke tengah sungai lalu menurunkan sesaji dan miniatur rumah sebagai sesembahan kepada yang mereka sebut sebagai penguasa air.
“Ini kan bagian dari wisata, ada wisata air, budaya dan wisata alam. Mudah-mudahan instansi terkait di Kota Makassar bisa merespon dan mengakomodir kepedulian komunitas ini, sehingga Festival Jeneberang menjadi cikal bakal lahirnya destinasi baru untuk menunjang sektor pariwisata, khususnya di Kota Makassar”, tambah Syamsuniar.
Diketahui festival itu digagas Daeng Sila bersama anaknya Basri Baharuddin Sila. Dalam arahannya, Basri menjelaskan jika ide dasarnya lahir karena ingin mengembalikan kejayaan Sungai Jeneberang yang menyimpan sejarah terhadap kejayaan SulSel saat ini.
“Banyak peradaban maju di dunia, itu lahir dari sungai, termasuk di Sungai Jeneberang. Di Sulawesi Selatan, kita kenal Kerajaan Gowa dan Tallo”, terangnya.
Sedangkan saat ini, Jeneberang tidak lebih dari tempat pembuangan semata. Karenanya Basri mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga lingkungan, lalu menggali serta menjelajahi kembali alur sungai agar bisa didapatkan gambaran untuk mengembalikan marwahnya seperti di masa lampau.
Tri Agung selaku Ketua Panitia yang berbicara di Aula Kampung Seni Kaluarrang menyinggung rangkaian kegiatan. Pihaknya menyiapkan 2 sesi lokakarya, masing-masing akan menghadirkan Narasumber kawakan pada lokakarya tari dan lokakarya musik di hari kedua dan ketiga. (*)