Warga Trans Muntea Relakan 4 Meteran KWh Mendarat Tanpa Helipad Di Lokasi KBK III

Penggunaan daya listrik Kemah Buku Kebangsaan Jilid III.
Suasana malam hari di lokasi KBK III (27/10/19).

AMBAE.co.id – Bantaeng. Dibalik kemeriahan Kemah Buku Kebangsaan (KBK) Jilid III Tahun 2019 menyimpan cerita menarik untuk diungkap ke atas permukaan. Event KBK ini diyakini 95 hingga 99 persen mewujud menjadi nyata karena kerja-kerja gotong royong.

Satu diantaranya terkait listrik yang digunakan di area KBK yang mengambil titik di Trans Muntea, Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten Bantaeng. Dari pantauan langsung AMBAE, KBK begitu semarak dengan tersedianya jaringan listrik berkapasitas tinggi untuk mengaktifkan sound system, penerangan hingga keperluan pengisian daya atas beberapa perangkat elektronik.

“Alhamdulillah kita dapat bantuan hibah daya listrik dari warga masyarakat Trans Muntea. Malah mereka sendiri yang mengerjakan jaringannya dan tak henti mengecek serta memperbaikinya bila terjadi masalah”, jelas Takdir selaku Pembina KBK, Minggu (27/10/19).

Pendiri Serambi Baca Tau Macca di Desa Bonto Marannu itu mengaku sangat bersyukur dengan peran aktif dan totalitas masyarakat sekitar yang sangat peduli dengan kegiatan kepemudaan yang diselenggarakan Aliansi Pemuda Ulu Ere sejak awal bergulir di tanggal 19 Oktober lalu dan akan berakhir tanggal 28 Oktober 2019.

“Andaikan kita harus membayar, bisa dibayangkan butuh berapa anggaran untuk mengakomodir kebutuhan listrik yang non-stop dari pagi hingga pagi lagi”, tandas lelaki yang akrab disapa Abby.

Empat buah meteran KWh (Kilo Watt per Hour) dimanfaatkan di KBK itu. Bersumber dari 4 rumah warga berbeda, masing-masing Daeng Yusuf, Daeng Kahar, Daeng Leho’ dan Daeng Rahim.

“Ada lagi satu warga, Ansar sudah menyiapkan meteran di rumahnya sebagai cadangan untuk digunakan jika sewaktu-waktu kita masih butuh daya listrik. Semuanya gratis dan hebatnya karena mereka sendiri yang turun tangan dan tidak ingin merepotkan kami”, pungkasnya.

Tiap sambungan meteran didukung daya sebesar 900 Kwh, selain itu panitia KBK juga menyiapkan Genset (Generator Set) sebagai backup. Totalnya mencapai 3.600 KWh, sehingga panitia tidak mengalami kekurangan daya untuk mengoperasikan beberapa sound system yang memang butuh daya besar.

Read:  Disbudpar SulSel Tampung dan Sinergikan Masukan Pelaku Pariwisata-Ekraf

Selain listrik, warga juga merelakan sambungan air bersih miliknya digunakan panitia KBK dengan cuma-cuma. Termasuk melakukan penyambungan serta menyiapkan fasilitas perpipaan dan prasarana lainnya.

Jamal yang juga adalah Pembina KBK yang dikonfirmasi AMBAE turut membenarkan hal tersebut. Dia ibaratkan pesawat berbaling-baling yang didaratkan pilotnya meski tanpa helipad.

“Ibarat pilot helikopter, tanpa helipad pun dia rela mendaratkan kendaraan udara tersebut ke lokasi KBK. Kalau bicara keikhlasan, yang kita rasakan adalah sumur mencari ember agar bisa mendistribusikan air yang ada didalamnya”, tegasnya yang dikenal sebagai Ketua Kelompok Pecinta Alam (KPA) MAPIA.

Ansar yang tergabung dalam komunitas Kampung Kreatif Muntea (KKM) menuturkan bahwa warga sangat merespon baik kegiatan pemuda yang dilangsungkan di sekitar rumahnya. Tak banyak kegiatan seperti itu kata dia, dirinya mendambakan kedepan tempat itu bakal lebih ramai.

“Kami orang Kampung rindu yang ramai-ramai pak, mudah-mudahan jalanannya bisa cepat-cepat dikerja. Tapi nanti kalau sudah ramai, jangan juga lingkungan di sekitar kebun ini dirusak”, pintanya.

Dia menegaskan bahwa jalanan yang rusak sekira 500 Meter dari ujung aspal yang ada bisa segera dilanjutkan pembangunannya. Disamping menunjang destinasi wisata yang dihidupkan para penggagas KBK, juga diharapkan akan membantu akses transportasi bagi petani dari dan menuju kebun. (*)