
AMBAE.co.id – Bantaeng. Pegiat Literasi kawakan dinegeri paling Selatan Provinsi Sulawesi Selatan, rupanya tidak ketinggalan berbagi ilmu dan pengalaman di gelaran Kemah Buku Kebangsaan (KBK) Jilid III pada Minggu siang (27/10/19).
Event yang dihelat sejak tanggal 25 hingga 28 Oktober 2019 itu sejak awal menyunting Sulhan Yusuf menjadi satu dari sekian banyak Narasumber. Dikenal sebagai CEO Bonthain Institute dan Paradigma Institute, Sul sapaan akrab pria ini juga adalah Penulis Buku dan Esai yang terkenal handal.
Di tengah pemaparannya, Penulis Botak ini menyampaikan sebuah statement mencengangkan. Dia menyinggung ketidak mampuan sang raksasa mesin pencari (browser) dibalik kepopulerannya di dunia yakni Google.
“Secanggih-canggihnya Google, tidak mampu membuat Anda tertawa, cobami (coba saja)!”, imbuhnya.
Sul si Penulis Botak siang itu mengantarkan materi dengan tema “Prospek Pemuda Di Era Industri 4.0”. Tema yang senada dengan tema utama KBK kali ini yakni Kolaborasi Inovasi dan Kreatifitas Pemuda Menghadapi Era Industri 4.0.
Dia tandem bersama Ato’ Rahmat Saleh dalam kesempatan yang sama. Lanjut dikatakan bahwa silaturahmi dan interaksi sangat penting di tengah hiruk pikuk kemajuan teknologi.
Dimana sosial media telah jauh dan dalam mempengaruhi kehidupan sosial budaya manusia di dunia nyata. Namun kata Sul, jangan sampai kita larut dan justru dikuasai teknologi.
“Dibalik cantiknya strawberry, cukup disikat dengan sikat gigi sudah langsung lecet. Metafor ini dipakai untuk melihat generasi masa kini yang begitu rapuh”, tuturnya.
Generasi saat ini digambarkan dengan gayanya yang alai (manja), baper-an (bawa perasaan), mucin (mudah jatuh cinta). Kerap kali bertengkar dengan memakai emoticon karena lebih banyak meluangkan waktunya di kehidupan internet.
“Dulu kita ramai-ramai pakai surat cinta, kita istilahkan generasi pujangga. Kita bercinta melibatkan seluruh alam semesta”, sebut Sul.
Bayangkan kata dia, jika menginginkan sebuah pertalian cinta layaknya pacaran, mesti melewati PHB (PengHuBung) yang diyakini memiliki peran penting melariskan sinergitas 2 hati. Serunya, ketika PHB justru mengambil peran ganda dan berubah menjadi orang pertama jamak (PHB) sekaligus orang pertama jamak (salah satu calon pasangan).
“Kita bicara dengan angin, bicara dengan pohon dan dedaunan yang ujung-ujungnya mengatakan I Love You. Sungguh nasib kita bergantung pada PHB, beda sekarang tidak lagi seperti itu karena semua silangsungngang (main langsung)”, tandasnya.
Perubahan hidup itu menurutnya perlu disikapi generasi kekinian. Dibalik itu, generasi saat ini sangat maju karena lahir bersamaan bahkan setelah kecanggihan revoluasi industri 4.0 itu muncul.
Senada itu, Ato’ berharap manusia lebih bijak memanfaatkan teknologi yang ada. Jangan sampai hebatnya teknologi merampas kebersamaan, kekeluargaan dan persaudaraan.
“Seharusnya dengan kemajuan teknologi, kita punya lebih banyak waktu luang. Tapi benarkah kita punya lebih banyak waktu luang?”, kata Ato’.
Penulis dari Kota Pare-pare itu, menegaskan satu hal penting bahwa teknologi tidak bisa melakukan imajinasi selain welas asih. Pada akhirnya, gunakanlah imajinasi yang dianugerahkan Allah Swt, mumpung imajinasi itu tidak berbayar.
Di akhir materi, Sul mengarahkan peserta KBK Jilid III menulis esai. Tentunya diawali pembekalan terkait teknik, metode dan langkah menulis efektif berhubung umumnya peserta masih dalam tahap pengenalan. (*)