AMBAE.co.id – Bantaeng. Kurang lebih 1 Hektar lahan kebun di Trans Muntea, Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten Bantaeng dalam rentang waktu tidak begitu lama, berubah menjadi area perkemahan.
Dimana dilaksanakan sebuah event besar bertajuk Kemah Buku Kebangsaan (KBK) sejak 25 hingga 28 Oktober 2019. Untuk tahun 2019 ini telah memasuki Jilid III setelah dilaksanakan tahun 2017 dan 2018.
Sekumpulan Pemuda Ulu Ere yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Ulu Ere menjadi penggagas event tersebut. Mereka diantaranya Takdir atau Abby yang juga adalah Pendiri Serambi Baca Tau Macca, Jamal selaku Ketua KPA MAPIA, Ahmad Ismail selaku Pendiri Taruna Baca Sipakalabbiri serta Rahman yang mana keempatnya berstatus Pembina KBK.
“Tanah ini milik keluarga Saya. Beliau mendedikasikan pada kami untuk digunakan sebagai lokasi berkegiatan para generasi literasi di KBK Jilid III”, ujar Jamal, Pemuda pribumi Desa Bonto Lojong.
Disamping 1 Ha itu, masih ada sekitar 4 Ha di sekitar lokasi utama KBK. Jamal mengatakan bahwa tanah tersebut masih milik keluarganya, secara sukarela sengaja tidak menanaminya hingga KBK usai.
“Kalau tidak cukup kemah disitu, arahkan ke kebun yang di Timur. Begitu juga di sisi Barat, Utara dan Selatan”, ungkap Jamal menirukan perkataan tante dan pamannya, Minggu siang (27/10/19).
Kepada AMBAE, dirinya menyampaikan bahwa seiring perkembangan KBK yang telah berproses selama kurang lebih 3 bulan, ada rencana besar untuk mempatenkan lokasi itu sebagai destinasi wisata.
“Kita tidak mau KBK ini sekedar seremonial semata. Untuk keberlanjutannya kita telah menyiapkan konsep besar agar ada implementasi setelah event berakhir yang ditandai dengan Upacara dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-91 tanggal 28 Oktober 2019”, pungkasnya.
Di sisi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pihaknya punya Duta Lilin (Literasi Lingkungan) yang akan berkontribusi besar di beberapa sekolah. Sedang untuk pengembangan potensi wisata, lokasi KBK akan ditata lebih baik lagi agar mampu menarik pengunjung menikmati keindahan alamnya.
“Tata lokasi KBK kita desain seperti ini untuk bisa berlanjut menjadi tempat wisata di masa mendatang”, tutup Jamal.
Khusus lokasi utama KBK, bahkan setelah event berakhir, proses penanaman komoditi di lahan kebun itu akan ditata sedemikian rupa. Harapannya, ketika ada wisatawan sembari berkemah dapat pula melihat, melakukan serta memahami proses, metode dan teknik bertani. (*)