AMBAE.co.id – Bantaeng. Sehari pasca puncak Hari Raya Natal tahun 2019, terjadi Gerhana Matahari Cincin (GMC). Tepatnya Kamis siang (26/12/19) yang mana fenomena alam ini melewati sejumlah daerah di Indonesia.
Meski Bantaeng tidak masuk jajaran kota dimaksud, gerhana itu tetap bisa diamati. Berlangsung mulai pukul 11:34 hingga pukul 15:00 Wita dan gerhana total terjadi sekitar pukul 13:17 Wita.
Di Bantaeng sendiri, umat Muslim melaksanakan Shalat Gerhana Berjama’ah di beberapa Masjid dan Mushallah. Sementara itu, berselang kurang lebih 35 menit dari gerhana total ke pukul 13:52 Wita, hujan seketika mengguyur sebagian wilayah Bantaeng.
AMBAE dalam pantauan langsungnya di sekitar Jalan Dr Ratulangi, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng, hujan begitu deras membuat jalan raya tergenang air hanya dalam durasi sekitar 10 menit. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) memprediksi suhu udara berkisar antara 24-31 derajat Celcius dan kelembapan antara 65-90 persen.
Hujan ini oleh Syamsuddin, salah seorang warga Bantaeng yang ditemui AMBAE mengatakan adanya pengaruh ataupun dampak yang ditimbulkan dari GMC. Selaras dengan informasi yang dikutip di website resmi BMKG yang memungkinkan potensi terjadinya hujan lebat di beberapa wilayah di Indonesia.
Kembali dikutip dari media online Tirta, edisi 26 Desember 2019. Akibat GMC membuat adanya efek lokal seperti penurunan suhu dan peningkatan kelembapan udara.
“Gerhana Matahari Cincin ini memberi efek lokal pada cuaca yang terlintasi daerah cincin. Karena pencahayaan matahari di wilayah tersebut berkurang beberapa saat, tetapi hal ini perlu ditelaah lebih lanjut”, kata Agus Riyanto selaku Kepala Stasiun Geofisika Klas I BMKG Yogyakarta.
Hujan yang terjadi hari ini di Bantaeng diharapkan menjadi pengobat rindu atas kemarau cukup panjang selama kurun waktu tahun 2019. Lanjut disampaikan hal itu oleh Syamsuddin yang sehari-hari bekerja sebagai petani.
“Panjang (lama) ini kayaknya hujan kalau kulihat dari kondisinya. Mudah-mudahan saja, supaya petani kodong (kasihan) bisa mi (sudah bisa) menanam”, ujarnya.
Untuk diketahui proses terjadinya GMC tatkala matahari, bulan dan bumi segaris. Piringan bulan terlihat lebih kecil dibanding piringan matahari jika diamati dari bumi.
Akibatnya, matahari tampak menyerupai cincin pada gerhana total. Bagian tengah matahari terlihat lebih gelap, sementara pinggirnya lebih terang dan membentuk lingkaran layaknya cincin. (*)