Pembuatan Video Profil Pariwisata, DisBudPar SulSel Pertemukan DisPar Tator dan Vendor

 

Kalfin Alloto’dang (kemeja hitam) memaparkan alur dan konten video yang akan mewarnai Video Profil Pariwiasata Kabupaten Tana Toraja (14/07/21).

AMBAE.co.idMakassar. Tahun Anggaran 2021, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (DisBudPar SulSel) bakal menyajikan video profil pariwisata terbaru, terutama untuk Kabupaten Tana Toraja (Tator). Video itu sebagai bahan promosi kepariwisataan guna menggaet wisatawan, baik lokal, domestik, terlebih wisatawan mancanegara dari berbagai belahan dunia.

Karenanya bersiap melakukan pembuatan video, diketahui prosesnya melalui pengambilan gambar hingga proses editing. Outputnya berupa hasil dokumentasi akhir yang mencerminkan kepariwisataan di Tator, menghimpun sejumlah destinasi serta layanan yang mendukung sektor pariwisata.

Namun sebelumnya, DisBudPar SulSel mengawali dengan mempertemukan Dinas Pariwisata (DisPar) Kabupaten Tator dengan pihak pembuat video. Di mana akan melibatkan vendor berpengalaman di bidang pengadaan barang dan jasa IT (Information Technology) yakni PT Liny Jaya Informatika.

Digelarlah rapat di Gedung Mulo, DisBudPar SulSel di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 23, Kota Makassar pada Rabu pagi (14/07/21). Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Pemasaran, Syamsuniar Malik selaku pimpinan rapat menghadirkan Kabid Promosi dan Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Tator, Giovani Givan dan Founder PT Liny Jaya Informatika, Kalfin Alloto’dang.

Hadir pula beberapa pejabat dari DisBudPar SulSel, yakni Kabid Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Hj Djamila Hamid, Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata (SDP), Bruno S Rantetana, Kepala Seksi (Kasi) Analisis Pengembangan Pasar, Hj Rusmini, Kasi Peningkatan Kompetensi SDP, Kirana Annisha Halim, Kasi Tata Kelola Destinasi, Rina Trisnawaru, Kasi lndustri Pariwisata, Hariyani, Kasi Pengkajian, Penyajian, Dokumentasi dan Publikasi, Lan Sana serta Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Tahun 2021, Irwan S.

Mengemuka pada diskusi cukup alot itu, konten apa saja yang bakal disajikan dalam video. Demikian halnya durasi yang akan ditetapkan dan juga destinasi mana saja yang ada di Tator akan dipilih.

Sehingga mampu termuat mewakili seluruh destinasi yang ada. Ataupun memilih untuk menampilkan seluruh obyek wisata, desa wisata disertai sarana dan prasarana maupun Daya Tarik Wisata (DTW) jika mampu memenuhi kuota durasi serta efektifitas promosi.

Syamsuniar Malik menekankan pentingnya menentukan durasi video, berharap konsumen nantinya tidak bosan dengan video yang terlampau lama durasi tayangnya. Namun tidak juga mengabaikan kualitas dengan tetap memaksimalkan isi video dengan konten super prioritas dan unggulan.

“Kalau bisa durasi videonya diperhatikan. Harapan kita, ada video yang durasinya panjang bisa kita gunakan pada event pameran. Tetapi untuk promosi di media-media tertentu, jangan sampai durasi panjang sekali, misalnya untuk videotron berapa lama durasinya, kalau untuk disimpan di disk bagaimana, di media sosial begitu juga, lalu untuk digital banner dan media promosi yang lainnya sudah diatur sedemikian rupa agar orang tidak bosan”, tegasnya.

Dia juga meminta Kalfin menyiapkan video untuk ditayangkan pada SSTIC (South Sulawesi Tourism Information Center). Merupakan pusat informasi mengusung digitalisasi kepariwisataan terintegrasi dengan data kunjungan, mapping dan detail destinasi yang telah ada di Gedung Mulo dan terus dikembangkan menuju online.

“SSTIC yang kita punya dan menjadi pusat kunjungan wisatawan sebelum ke destinasi wisata, seharusnya punya video profil ini juga. Jadi nanti dibuat juga video dengan durasi yang cocok untuk di SSTIC”, pinta Syam.

Ditambahkan Irwan agar konten video memuat tiga unsur utama dalam sektor pariwisata yakni atraksi, amenitas dan aksebilitas. Jadi, dengan video itu wisatawan bisa mengetahui lebih dini seperti apa kondisi dan kesiapan Tator menyambut wisatawan.

“Hal penting yang harus dipenuhi rekanan, pertama konten video ini memuat atraksi, amenitas dan aksebilitas. Kedua, kami menerima hak cipta atas nama DisBudPar SulSel. Dan ketiga, kami diberi semua file mentah dalam bentuk master file ditambah video hasil editnya”, imbuhnya.

Senada dikatakan Bruno, merujuk beberapa fenomena yang terjadi, untuk menghindari klaim hak cipta konten, baik foto, video, animasi dan grafis, maka amat penting menyajikan konten original, bukan hasil karya orang lain. Apalagi, video tersebut akan dijadikan jualan promosi yang akan dinikmati orang banyak.

“Kita tidak mau nanti setelah dipromosikan, lalu ada yang mengklaim konten di dalam video, walaupun sebagian, ternyata milik orang lain. Tidak kalah penting juga, ini mohon dicatat dan diperhatikan baik-baik, jangan sampai konten ini bukan yang terbaru. Berbicara budaya dan alam Tana Toraja, dari dulu kan kita sudah tahu, vendor bikin lebih menarik dengan tampilan yang berbeda, contoh untuk gambar pemandangannya, mungkin gambarnya diambil dari sisi mana, jadinya berbeda dari video yang dulu-dulu”, jelas Bruno.

Sementara Givan memastikan pihaknya akan memfasilitasi proses pengambilan gambar atau konten video. Yang mana ditegaskan Djamila, agar DisPar Tator memberikan pendampingan penuh, melibatkan Tokoh Masyarakat, Tokoh Budaya dan Tokoh Adat setempat.

“Kami akan memberikan pendampingan tentunya”, ujar Givan.

Lanjut dikatakan Djamila, bahwa pelibatan masyarakat bagian tak terpisahkan dari upaya optimalisasi untuk menggali semua potensi yang ada. Bahkan akan memberi masukan, perbandingan sekaligus sumber otentik untuk menggambarkan profil lebih detail beserta alur ceritanya.

“Jadi Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja mohon supaya ada kemudahan mengakses Daya Tarik Wisata di sana. Vendor dan Dinas Pariwisata bersinergi, juga melibatkan Tokoh Masyarakat agar bisa memberi masukan”, tuturnya.

Pembuatan video profil yang menjadi salah satu program unggulan DisBudPar SulSel itu diharapkan menjadi senjata ampuh mempromosikan pariwisata di tengah terpuruknya sektor pariwisata selama Pandemi COVID-19. Selain itu, promosi terus dilakukan melalui media sosial Facebook, Instagram, Twitter, YouTube dan juga media mainstream.

Terkait promosi, di samping media internal juga menggandeng unsur lain dalam tourism pentahelix. Membangun kolaborasi dengan media elektronik dan media online lainnya. (*)