AMBAE.co.id – Makassar. Tak kurang dari 28 orang mahasiswa Program Studi (Prodi) D-III (D3) Bahasa Inggris bakal melaksanakan PKL (Praktek Kuliah Lapang). Mereka merupakan mahasiswa Double Degree Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dari Akademi Bahasa Asing (ABA) yang berkantor di Jl Urip Sumoharjo Km 5 Makassar, tepatnya di lantai I FAI (Fakultas Agama Islam), Kampus II UMI Makassar.
PKL sedianya berlangsung selama sebulan penuh, terhitung Senin kemarin, 13 Februari 2023 dan berakhir pada Jum’at, 10 Maret 2023. Adapun penerimaan mahasiswa, barulah direalisasikan hari ini, Selasa, 14 Februari 2023 karena sehari sebelumnya Kota Makassar dilanda banjir yang menghambat pertemuan tepat waktu.
Mahasiswa ABA UMI Makassar diantar Plt Direktur ABA UMI, Dr Rusdiah MHum yang juga adalah Dekan Fakultas Sastra dan ABA (FS dan ABA) UMI. Di Ruang Kerja M Agung yang menjabat Kepala Sub Bagian Umum, Kepegawaian, dan Hukum Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Kasubbag UKH Disbudpar Sulsel), rombongan diterima dalam suasana sederhana.
Burhanuddin SS MPd selaku Dosen Sastra dan ABA UMI menjelaskan, PKL ini menyasar langsung Museum La Galigo sebagai Lokus (Lokasi Fokus) pelaksanaan program. Pasalnya, ada perikatan antara dua institusi, Yayasan Badan Wakaf (YBM) ABA mewakili UMI, sementara Museum La Galigo di bawah kendali UPT Museum dan Taman Budaya mewakili Disbudpar Sulsel).
Keduanya telah menandatangani Memorandum of Ourstanding (MoU) tetkait PKL di Museum La Galigo. Serta merta mahasiswa D3 Bahasa Inggris itu akan ditempatkan langsung di museum yang berada di kawasan Benteng Rotterdam Makassar itu.
“Kita ada MoU dengan Museum La Galigo terkait kegiatan PKL,” jelas Burhanuddin.
Dekan FS dan ABA UMI berharap seluruh peserta PKL dapat menimba ilmu pengetahuan serta mendapat pengalaman yang banyak selama PKL. Museum La Galigo menurutnya tepat untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah diterima mahasiswa selama ini.
Karena berasal dari program Double Degree, selain sebagai mahasiswa D-III Bahasa Inggris, peserta PKL itu juga dari jurusan lainnya dari UMI Makassar. Diantaranya Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dari Fakultas Ekonomi, serta Sastra Inggris, dan Ilmu Komunikasi dari Fakultas Sastra.
Di hadapan Agung, Rusdiah mengingatkan mahasiswa agar dapat mematuhi ketentuan dan kebijakan yang ditetapkan Disbudpar Sulsel. Dapat mengikuti kegiatan PKL sepenuhnya, bahkan memberi manfaat sebesar-besarnya terhadap Museum La Galigo pada khususnya.
“Ibu tidak mau tahu, keberadaan ananda diluar tidak diketahui pak Agung. Tetap memperlihatkan atau memberikan image yang baik terhadap masyarakat,” tegas Rusdiah.
Terkait penempatan seluruh peserta, Rusdiah menyerahkan kepada Agung untuk mengaturnya dengan baik. Sehingga mahasiswa dapat menerapkan ilmunya sesuai bidang pekerjaan yang ada di Disbudpar Sulsel.
“Jadi ada 28 orang, 10 orang mungkin disini (Red: Gedung MULO), sisanya ada dimana. Itu menjadi kebijakan pak Kasubbag Umum di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel,” pungkasnya.
Dikatakan Agung bahwa Disbudpar Sulsel diamanahi untuk mengembangkan dan memajukan sektor seni, budaya, pariwisata. dan ekonomi kreatif. Terdapat 3 UPT di bawah koordinasi Gedung MULO sebagai kantor utama OPD (Organisasi Perangkat Daerah) ini. Dan juga memiliki 5 bidang selain sekretariat.
Harapan terbesarnya, mahasiswa tersebut bisa berkontribusi terhadap sejumlah urusan yang berkaitan dengan sektor yang ditangani, utamanya budaya dan pariwisata. Dia mencontohkan, PKL sebelumnya dari salah satu perguruan tinggi di Makassar, berhasil membuat program teknologi informasi untuk kebutuhan museum.
“Yang lalu itu, mahasiswa yang juga PKL, Saya tantang untuk membuat satu program yang bisa dipakai di Museum La Galigo. Alhamdulillah, mereka buat dan sudah digunakan, jadi ada barcode di Museum La Galigo, dari situ pengunjung bisa membuka dan mendapat penjelasan koleksi di musuem,” ungkap Agung.
Program demikian dinilainya akan sangat membantu transformasi museum di tengah kemajuan teknologi disertai perubahan gaya hidup dalam peradaban masa kini. Khususnya generasi milenial yang cenderung suka mencari informasi melalui dunia maya, sebelum mengunjungi museum secara fisik.
“Semoga teman-teman dari UMI juga bisa membuat yang seperti itu ya, supaya ini museum yang kita kenal bukan lagi museum seperti yang kemarin-kemarin, tapi lebih moderen. Setidaknya ada kreasi kalian sebagai anak muda,” imbuhnya.
Satu hal penting kata Kasubbag UKH, menjadi wajib bagi mahasiswa untuk bersama-sama dengan ASN, Non ASN, dan OS untuk bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan OPD. Semisal kunjungan ke destinasi wisata, pertemuan-pertemuan, upacara bendera, dan kerja bakti, apalagi yang erat kaitannya dengan proses administrasi dalam unit kerja dimana mahasiswa ditempatkan nantinya.
Sementara bagi mereka yang ditempatkan khusus di Musuem La Galigo, Agung menyampaikan jika destinasi wisata budaya satu itu banyak dikunjungi wisatawan. Karenanya, penggunaan bahasa inggris yang baik dan benar akan sangat berguna bagi mahasiswa ABA UMI.
“Adik-adik kan paham benar Bahasa Inggris. Hanya saja, perlu juga memahami apa saja yang terkait museum, jadi saat memberi penjelasan kepada pengunjung, akan ketemu dan pas Bahasa Inggrisnya,” kunci Agung. (*)