AMBAE.co.id – Makassar. Dipimpin Anthea Skinner, mahasiswa dari Universitas Melbourne Australia mewujudkan keinginannya untuk mengunjungi Museum La Galigo di Kota Makassar pada Selasa, 7 Februari 2023. Kunjungan itu kata Anthea untuk melihat dari dekat bagaimana peradaban masa lalu di Sulawesi Selatan pada khususnya.
Korelasinya dengan peradaban penduduk pribumi Australia yang dihuni suku Aborigin. Suku asli dari negara sekaligus benua Australia itu menempati daratan utama Australia dan Tasmania untuk pertama kalinya.
“Kami sangat ingin belajar lebih banyak tentang sejarah daerah ini secara umum. Sangat tertarik untuk melihat koleksi Museum La Galigo dan museum mana pun yang ada kaitannya dengan jaringan penangkapan ikan atau perdagangan bersejarah,” jelas Anthea yang adalah Rekan Penelitian Pascadoktoral McKenzie di Universitas Melbourne.
Menginjakkan kaki di Museum La Galigo yang satu kawasan dengan sejumlah situs bersejarah di Benteng Rotterdam Makassar, Anthea dan rombongan mendapat pemaparan dari Wibowo. Sub Koordinator Seksi Pengkajian, Penyajian, Dokumentasi, dan Publikasi di UPT Museum dan Taman Budaya pada lingkup Disbudpar Sulsel itu membeberkan jika Sulawesi Selatan masih sangat kental dengan budaya-budaya tradisi lokal.
Terjaga dan terawat hingga kini. Sebagian diantaranya masih dipertahankan keberlangsungannya oleh masyarakat setempat. Menjadikannya sebagai salah satu spot menarik bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi wisata budaya, wisata religi maupun wisata alam.
“Di Toraja sana masyarakat masih melaksanakan tradisi mereka yang sudah ada dari dulu. Ada Rambu Solo’, Mangrara Banua, Sisemba, Mapasilaga Tedong, Ma’bugi, dan Ma’nene,” ungkap Bowo, sapaan akrabnya.
Hanya saja, Anthea yang didampingi Profesor Lisa Palmer dari Fakultas Geografi, Ilmu Bumi, dan Atmosfer tidak percaya dengan uraian Bowo. Karenanya pejabat yang mewakili Kepala UPT Museum dan Taman Budaya, Zakiyah Assegaf selama kunjungan itu menantang para Anthea untuk bisa mengunjungi Toraja.
“Alangkah sempurnanya kunjungan ini kalau bisa menyempatkan waktu ke Toraja. Bisa melihat langsung tradisi adat suku Toraja. Bisa menikmati pemandangan alam di sekitar destinasi wisata yang juga adalah lokasi makam berupa kuburan yang ditempatkan di dinding batu dengan ketinggian luar biasa Saya kira,” imbuhnya.
Untuk diketahui, rombongan itu juga menyertakan akademisi senior, mahasiswa pascasarjana. Bahkan diantaranya turut serta Tetua Pribumi Australia.
Kedatangannya khusus untuk mengenang kunjungan pedagang Makassar ke Australia. Disebutkan bahwa pedagang Makassar memasuki Australia dan membangun interaksi yang kuat dengan suku Aborigin sejak abad 19 hingga awal abad 20.
Selama kunjungan, rombongan menyimak beragam informasi dari seorang Pemandu Museum yakni Leonora. Tampak pula mendampingi Bowo yakni Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Riedzki Pratiwi Tawakkal Maula, Sub Koordinator Seksi Koleksi, Konservasi, dan Preparasi, Fadhilah Ainun Nisaa, dan para Duta Museum Provinsi Sulawesi Selatan.
Lagi-lagi Bowo menantang mereka untuk bisa mengunjungi situs lainnya di Sulawesi Selatan. Diantaranya Museum Kota Makassar, Museum Karaeng Pattingalloang, Gedung MULO, destinasi wisata Leang-leang, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Pusat Informasi Geologi Geopark Maros-Pangkep dan kawasan Geopark Maros-Pangkep itu sendiri, serta lokasi pembuatan kapal pinisi di Kabupaten Bulukumba. (*)