AMBAE.co.id – Makassar. Menghidupkan dan membangkitkan kembali kepariwisataan dibutuhkan kerja yang lebih dibanding sebelumnya. Kolaborasi dan sinergitas yang digelorakan sejak puluhan hingga ratusan tahun silam yang disebut sudah bagus, seyogyanya tidak menjadi pemanis bibir semata saat ini.
Pandemi COVID-19 memaksa adanya akselerasi terhadap peningkatan kinerja dari semua pihak untuk semua sektor. Terutama pariwisata karena sektor ini bertautan dengan semua sektor yang ada, baik itu pertanian, kehutanan dan perikanan, informasi dan komunikasi, real estate, serta kelautan yang mana berkontribusi dan saling menyokong tersedianya infrastruktur dan fasilitas di, dari dan ke destinasi wisata.
Dampak Pandemi COVID-19 nyaris meluluhlantakkan semua sektor dan subsektor. Prof Jufri dalam berbagai kesempatan menyebutkan ada 3 hal mendasar yang butuh perhatian saat ini sebagai langkah pemulihan kepariwisataan.
Pertama terkait infrastruktur yang mengalami kerusakan ataupun penyusutan kualitas. Kedua, SDM Pengelola, Pelaku dan Pelaksana pariwisata turut menurun akibat vakumnya aktivitas pariwisata. Dan ketiga, permodalan dibutukan untuk membangkitkan Pelaku Industri Pariwisata, Industri Kreatif atau Ekonomi Kreatif, serta Pelaku Seni dan Budaya.
Momentum Perjuangan UMKM yang menjadi tema dari UMKM Business Talks yang dihelat Bank Sulselbar dimanfaatkan Jufri selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Disbudpar Sulsel) untuk mengajak sekaligus mendorong peran aktif lembaga perbankan agar ikut membangkitkan kepariwisataan, khususnya dukungan pendanaan.
“Mohon kepada Bank Sulselbar, karena Saya kira Bank Sulselbar ada perhatian, empati, kepedulian tinggi terhadap teman-teman kita Pelaku Industri Kreatif, Ekonomi Kreatif, salah satunya ada KUR. Tapi kalau bisa ada ruang yang dibuka dengan skema-skema khusus untuk memberi stimulan agar mereka bangkit kembali,” tantang Jufri pada Kamis sore (11/11/21).
Saat itu dia jadi pembicara kunci Talk Show yang digagas Bank Sulselbar, diikuti sejumlah Pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Dilaksanakan secara virtual di Ruang SSTIC, Gedung Mulo, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 23, Kota Makassar.
Pembicara lainnya yakni Senior Manager PPGR Gojek Indonesia, Mohammad Khomeiny, Ketua DPD GIPI Provinsi Sulsel, Suhardi Patawari, dan Kepala Cabang Utama Makassar PT Bank Sulselbar, Muh Daenur Hafsir. Sementara acara itu dipandu seorang host nan cantik, Fildzah Burhan.
Kadisbudpar Sulsel menyebut bahwa beberapa waktu sebelumnya telah terjalin komunikasi awal dengan Daenur. Mendapat respon positif untuk kemudian akan berlanjut dengan pembahasan secara internal di tubuh Bank Sulselbar dalam menentukan arah kebijakan perkreditan.
“Kolaborasi seperti ini ayo kita tumbuhkan, kita hidupkan. Bank Sulselbar paling cepat menanggapi, merespon ini. Jadi ada dukungan mungkin untuk mempermudah kredit bagi UMKM kita,” imbuhnya.
Lanjut Jufri mengatakan, “Ayo ke Bank Sulselbar, manfaatkan fasilitas yang ada disana! Dia optimis jika lembaga perbankan itu dapat mensinergikan program-program Pemerintah Provinsi Sulsel melalui Disbudpar Sulsel untuk memajukan Industri Kreatif.
“Stimulan tidak sebatas pada dana saja. Bersama bank kita memberikan penguatan, bisa dengan pendampingan, pelatihan, mentoring, coaching atau apapun nama kegiatannya,” tegasnya.
Ini sudah sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif. Didalamnya juga disebutkan 17 subsektor ekonomi kreatif.
Tiga diantaranya dimaksimalkan Disbudpar Sulsel dalam langkah awal kebangkitan ekonomi kreatif. Food (makanan), fashion (mode), dan tourism (pariwisata) dihadirkan pada event Sulsel Great Sale 2021 tanggal 3 hingga 7 November lalu.
Event itu berhasil mencatatkan transaksi di angka 850 juta Rupiah. Sebanyak 60 tenant hadir secara offline, ditambah 101 merchant online masih membuka layanan secara virtual hingga akhir November 2021.
“Jadi tidak semata-mata memberikan dukungan dana. Nanti kita buat kerja sama agar bukan hanya spiritnya yang meningkat, intelectualnya, social capital ikut berkembang. Mereka bisa survive yang diwarnai digitalisasi,” tutur Jufri.
Dalam Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel Periode 2018-2023 bahkan beberapa disebutkan point yang mengarah pada pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata. Diantaranya Misi ke-29, “Pembangunan kepemudaan melalui pengembangan, pemberdayaan, dan kemandirian pemuda, khususnya di bidang olahraga dan seni serta industri kreatif”.
“Point 18 pada Misi Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur dikatakan, ‘Pengembangan sektor unggulan ekonomi berbasis wilayah : pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, dan pariwisata’. Artinya sektor pariwisata memang menajadi unggulan kita, ini juga memberi isyarat bahwa semua OPD adalah Dinas Pariwisata,” tegas mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel itu.
Tantangan Jufri lantas dijawab Daenur, pihaknya dapat dengan cepat merealisasikan permintaan itu. Bank Sulselbar disebutnya sebagai salah satu bank yang mendapat kepercayaan untuk menyediakan KUR bagi masyarakat, khususnya di Susel, makanya tidak sulit untuk berkolaborasi dengan Disbudpar Sulsel dalam upaya pemulihan pariwisata beserta subsektor di dalamnya.
“Saya ketemu pak Prof saat acara itu, pidatonya pak Prof keren. Ketemu pak Ome juga di acara lain ternyata sejalan, ini (kolaborasi) memang harus kita lakukan,” kata Daenur atau Nur.
Pandemi baginya sulit diatasi dengan hanya bermain di permukaan, itupun bukan ranah kewenangannya secara spesifik. Tapi yang dilakukan Bank Sulselbar bersama Gojek, GIPI, dan Disbudpar Sulsel adalah berupaya menyelesaikan akar pandemi, solusinya kolaborasi dan sinergitas.
“Kami melihat Sulsel Great Sale memang ini bisa dijadikan satu stimulus meningkatkan perekonomian khususnya oleh Bank Sulselbar. Kami punya UMKM center, pusat informasi usaha mikro kecil. Juga kami keluarkan CSR untuk pelaku usaha yang baru,” terangnya.
Dijelaskan lebih jauh, 99 persen pelaku bisnis di Indonesia merupakan UMKM. Menyerap tenaga kerja sebanyak 97 persen, namun karena pendanaan, hampir seluruhnya terdampak akibat Pandemi COVID-19.
“Hanya 30 persen yang melek dengan kondisi dimana semua serba digital. Walaupun pendapatan meningkat tapi sedikit yang bisa bertahan,” paparnya.
Bappenas bahkan menyimpulkan ada w faktor yang mempengaruhi UMKM sampai gulung tikar. Selain pendanaan yang menjadi faktor utama, kemampuan memahami IT ikut menghambat transaksi lebih cepat dibanding mereka yang sudah menanamkan diri UMKM-nya ke dalam eskosistem dan dunia digital.
“Paling penting kami menyadari, ini tidak bisa dilakukan bank sendiri, pemerinrah sendiri, tapi didalamnya ada semua unsur terlibat dan mengambil peran. Gojek juga, kami sudah bicara pak Ome, bagaimana kami bisa mendapatkan data statistik Gojek yang bisa kami analisa untuk menetapkan perencanaan kebijakan perkreditan, mungkin ada sampel-sampel masing-masing produk. Dan ini sudah direspon pak Ome, Alhamdulillah,” ujarnya.
Sedangkan Suhardi mengaku dapat dengan nyaman bersinergi dengan Disbudpar Sulsel, terutama dalam menyelaraskan kepariwisataan mulai dari kebijakan pemerintah, peran aktif seluruh asosiasi hingga mendorong pemulihan destinasi wisata kembali normal.
Senada dikatakan Khomeiny atau Ome dari Gojek. Pihaknya dalam berbagai program membangun sinergi berupa kerja sama dengan Disbudpar Sulsel.
Ke depan, Ome mengharapkan akan berlanjut dengan kerja sama lebih detail lagi. Bahkan jika memungkinkan kerja sama dimaksud lebih kompleks, melibatkan banyak pihak dengan bidang yang beragam pula. (*)