Di Tengah Galung, SekdisBudPar SulSel Ajak Masyarakat Sadar Wisata

 

Kemal Redindo Syahrul Putra membuka Gerakan Sadar Wisata dan Sapta Pesona di Sinjai (02/09/21).

AMBAE.co.idSinjai. Kemal Redindo Syahrul Putra selaku Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (DisBudPar SulSel) membuka secara resmi Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona pada Kamis pagi (02/09/21). Bertempat di Dusun Pusanti, Desa Barania, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai.

Lebih tepatnya di Kampung Galung (Galung berarti: sawah) yang telah dinobatkan menjadi destinasi wisata sejak 2019 lalu. Dindo, sapaan akrabnya menghimbau masyarakat agar sadar wisata.

Peduli akan pentingnya serta betapa bermanfaatnya sektor pariwisata terhadap sektor-sektor lain, terutama peningkatan perekonomian masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman untuk menerapkan sikap sipakatau, sipakalebbi, sipakinge.

Berasal dari Bahasa Bugis yang berarti saling memanusiakan, saling menghargai, saling mengingatkan. Konsep yang mengusung kearifan lokal ini menurutnya patut dijadikan dasar berpikir, bersikap dan bertindak bagi masyarakat maupun pemerintah dalam menerima, menjamu dan melayani wisatawan.

“Sadar wisata itu bagaimana kita memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan. Sama kalau kita menerima tamu di rumah kita, kita hargai, hormati dan menjamunya dengan baik”, jelas Dindo saat menyampaikan sambutannya di tengah areal persawahan.

Di Bali misalnya, kepariwisataan bisa berkembang begitu pesat karena ditunjang keikutsertaan masyarakat serta unsur 4 lainnya dalam pentanelix tourism. Masyarakat memegang peranan besar dalam menciptakan suasana yang nyaman serta aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan.

Sebagaimana sapta pesona digelorakan. Dindo pun mewanti-wanti untuk tidak melakukan bullying kepada wisatawan agar mereka semakin berlama-lama berada di destinasi.

“Wisatawan itu, jangan cuma datang dan pergi begitu saja, tapi mereka bisa membelanjakan uangnya di obyek-obyek wisata. Saya juga minta, jangan diteriaki itu turis kalau datang kesini, disapalah kalau perlu supaya lebih akrab”, pintanya.

Sikap bullying demikian, dikatakan Dindo adalah salah satu bentuk ketidaksadaran terhadap pariwisata. Malah bisa berdampak semakin menurunnya tingkat kunjungan, lama-kelamaan destinasi wisata ditinggalkan.

“Alam sudah bagus, makanan sudah lengkap, tinggal sinergitas sebenarnya. Sama halnya protokol kesehatan, saling menghimbau dan saling menjaga, ingat ki (ingat ya) untuk vaksin 2 kali”, imbuhnya.

Usai pembukaan oleh SekdisBudPar SulSel, secara simbolis dirinya menyerahkan bantuan perlengkapan kebersihan seperti sapu dan tong sampah. Diterima langsung Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Yuhadi Samad.

Selanjutnya diserahkan kepada Pengelola Kampung Galung yang mana dimotori para pemuda/pemudi Desa Barania. Kegiatan bersambut dengan aksi sapta pesona.

Bersama tamu undangan dan puluhan peserta kegiatan, aksi bersih-bersih dihelat hingga jelang siang. Menariknya lagi, DisBudPar SulSel mengganjar lelah peserta dengan doorprize di akhir acara.

Yuhadi dalam pernyataannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Dindo beserta jajarannya yang begitu peduli terhadap perkembangan kepariwisataan di Sinjai pada umumnya. Tak hanya di Kampung Galung, sejumlah destinasi di Sinjai telah menerima bantuan dari DisBudPar SulSel seperti Tongke-tongke.

Dia sepakat dengan himbauan SekdisBudPar SulSel terkait pentingnya sadar wisata. Jika itu dapat dibudayakan, niscaya wisatawan bakal membanjiri Kampung Galung dan area lainnya di Desa Barania.

“Bagaimana menciptakan suasana yang nyaman, supaya wisatawan kesini bisa lebih banyak. Jangan ki kaget setelah itu, karena pekerjaan kita (misalnya: menjual kue) tidak lagi menjadi pekerjaan sampingan”, kata Yuhadi.

Senada itu, Bruno S Rantetana selaku Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata DisBudPar SulSel dalam laporannya menyebutkan bahwa kegiatan hari itu dalam rangka membina masyarakat untuk turut berperan aktif mewujudkan kondisi lingkungan yang kondusif yakni aman, rapi dan tertata.

“Kita ikut mengajak warga masyarakat lainnya agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan”, kunci Bruno. (*)