AMBAE.co.id – Bantaeng. Tahun kesedihan, julukan tahun 2021 bagi sebagian orang atas Pandemi COVID-19 tidak menyurutkan Muslim dan Muslimah berqurban. Menandai Eid Adha 1442 Hijriah yang jatuh pada 20 Juli 2021.
Diikuti 3 hari Tasyrik, berturut-turut 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Penyembelihan hewan qurban berlangsung hampir di seluruh wilayah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Bantaeng.
Seperti halnya di Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng. Tepatnya di Jalan Bolu Nomor 3 yang merupakan kediaman H Nurdin Daeng Nguntung.
Nurdin, sapaan akrabnya menyembelih 4 ekor sapi. Merupakan hasil patungan atau perkongsian masing-masing 7 orang untuk setiap ekor hewan qurban berupa sapi.
“Satu ekor ini, tujuh orang gabung. Iya, Alhamdulillah tahun ini 4 ekor”, ungkap Nurdin pada Tsulaatsaai (Selasa), 10 Dzulhijjah 1442 H (20/07/21).
Disembelih di halaman belakang kediaman pribadinya. Area cukup luas itu bisa menampung 10 hingga 12 titik penyembelihan sapi dengan jarak per-ekornya mencapai kisaran 10-15 Meter.
Dengan begitu kemungkinan berkerumun melebihi kapasitas ruang dapat dihindari. Terutama selama masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Mikro.
Bahkan tetap menghimbau para shohibul qurban dan warga yang ingin menyaksikan proses qurban untuk mengenakan masker, mencuci tangan pada fasilitas yang disiapkan serta menjaga jarak aman.
Ditemui di sela-sela menyembelih sapi yang ketiga, dirinya menuturkan jika jumlah hewan relatif berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dia menampik ada penurunan animo ataupun niatan masyarakat.
“Justru banyak yang mau (mendaftar), tapi Saya bilang, sambil menunggu jumlah cukup satu ekor lagi. Setelah itu, Saya pikir-pikir mungkin ini sudah cukup, lebih bagus jaga-jaga, jadi biar sedikit supaya tidak terlalu banyak orang kumpul di rumah”, terang dia.
Nurdin berdalih, quota hewan qurban yang banyak bisa menimbulkan kerumuman lebih besar dan padat. Karenanya perlu dilakukan pembatasan, pelaksanaan qurban tetap dilaksanakan, namun tetap mengikuti himbauan Pemerintah untuk meminimalisir resiko penyebaran COVID-19.
Pria dari 5 anak itu memfasilitasi masyarakat berqurban sejak puluhan silam. Dirinya cukup dikenal di wilayah Bantaeng hingga sebagian wilayah Jeneponto dan Bulukumba.
Sehari-hari berprofesi sebagai penjagal hewan sekaligus menjual daging dan tulang. Kepiawaiannya menyembelih menjadi salah satu alasan masyararakat mempercayakan hewan qurban miliknya.
Di samping itu, Nurdin diyakini adil dan terbuka sepenuhnya dalam membagikan daging qurban. Setiap ekornya dibagi rata dan adil sebanyak tujuh bagian.
Semisal hati dibagi tujuh potongan, ditimbang kemudian ditempatkan ke dalam wadah sebelum diantarkan ke rumah shohibul qurban. Selanjutnya pembagian kepada penerima dilakukan sendiri shohibul qurban.
Berbeda halnya Nurdin yang juga sekaligus adalah shohibul qurban dari salah satu bagian satu ekor sapi. Daging qurban yang menjadi jatahnya, dibagikan langsung kepada warga masyarakat sekitar kediamannya.
“Sebentar diantar ke rumah orang yang berqurban. Ada juga yang datang dan menunggu, kalau sudah dipisah, langsung dibawa pulang. Orangnya bagi sendiri, sudah tau siapa dikasi (diberikan) dekat rumahnya”, jelasnya.
Untuk urusan asisten, Nurdin menanggungnya melalui jatah qurban miliknya. Ditambah biaya operasional maupun dukungan makanan dan minuman hingga tuntasnya proses qurban digelar.
Dari pantauan AMBAE, sekira 4 orang asisten yang membantu Nurdin. Sapi diikat hingga terbaring ke tanah sebagai proses awal.
Lalu diposisikan siap sembelih, kepala dan leher sapi dihadapkan ke Qiblat. Demikian halnya Nurdin menghadap Qiblat saat menarik pisau tajam ke leher sapi hingga mengeluarkan darah segar.
Asisten kemudian menguliti satu demi satu sapi qurban. Memotongnya menjadi bagian besar seperti kaki, kepala dan juga organ tubuh lainnya.
Sementara Nurdin lebih awal bersiap menunggu tiap potongan besar untuk dibagi menjadi tujuh potongan sama besar, seimbang dan merata. Beberpaa orang lainnya mengambil peran sebagai pengantar.
Tak lain, anggota keluarga terdekat dari Nurdin mulai anak dan ponakannya. Nurdin mengakui, kebersamaan dalam keluarganya cukup kompak mendukung rutinitas berqurban setiap tahun.
“Sudah tahu posisinya, sudah tahu tugasnya. Saya membagi-bagi, anakku yang lanjutkan membungkus, label nama dipasang terus dia antarkan. Beda-beda, ada naik (mengendarai) motor, ada juga naik mobil kalau banyak diantar”, ujarnya.
Seorang shohibul qurban menyampaikan, tidak pernah pindah lokasi dan orang untuk berqurban. Tahun demi tahun, sejak buyutnya masih hidup selalu mempercayakan hewan qurban ke Nurdin.
“Bapak juga disini ji (tetap di sini) qurban. Juga kakekku, keluarga yang lain sama. Kami senang dan percaya Haji Nurdin. Soal qurban, siapa tidak kenal, mulai dari Tettanya (Bapaknya), Daeng Burhan sudah begini tiap tahun”, kata dia yang enggan disebut namanya.
Dirinya menitipkan pesan, tahun depan jangan disia-siakan untuk berqurban. Meski sekali seumur hidup, jika sudah memenuhi syarat maka menjadi wajib menurutnya.
“Berqurban itu sunnah muakkad toh (kan)? Siapa pun bisa kalau ada niat. Bayangkan kalau kita menabung 10 ribu Rupiah saja sehari, satu tahun pasti cukup. Seribu juga tidak apa-apa sampai cukup, kita sebagai umat Islam rugi kalau tidak berqurban, besar amal ibadahnya”, imbuhnya.
Dikutip dari Kemenag RI, qurban hukumnya sunnah muakkad. Dan tentunya memenuhi beberapa syarat lainnya yakni Islam, merdeka, baligh dan berakal serta mampu untuk berqurban.
Qurban telah diajarkan sejak masa Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS hingga Nabi Muhammad SAW. Sedangkan bagi umat Nabi Muhamamad SAW, baginya diamanahkan mengikuti sunnahnya. (*)