SulSel Jadi Rujukan UNILAKI Belajar Pengembangan Pariwisata

 

Abdul Azis (kiri) menerangkan potensi pariwisata SulSel kepada Tim KKL UNILAKI (10/06/21).

AMBAE.co.idMakassar. Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran pada Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (DisBudPar SulSel), Syamsuniar Malik menerima secara resmi kunjungan Tim Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Universitas Lakidende (UNILAKI). Diterima penuh keakraban dan formal di Ruang Rapat pada Kamis pagi (10/06/21).

Syamsuniar Malik sekaligus mewakili Kepala DisBudPar SulSel, Denny Irawan Saardi. Dia juga didampingi Kepala Seksi Analisa dan Pengembangan Pasar, Hj Rusmini Nanang, Analis Pengembangan Pasar, Muh Arnawansah, Irwan S dari Bagian Umum, Kepegawaian dan Hukum serta Abdul Azis dari Pembinaan Event Pariwisata.

Sementara UNILAKI digawangi dua Dosen Pembimbing Perencanaan Wilayah Kota (PWK), masing-masing Hasdin dan Erni Tamburaka. Turut bersamanya 17 Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Teknik Program Studi PWK.

Hasdin menerangkan, SulSel sengaja dipilih sebagai lokasi fokus (lokus) KKL, mengingat SulSel merupakan daerah dengan tingkat kunjungan wisatawan tertinggi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Demikian halnya kompleksitas kewilayahan SulSel yang terdiri dari 24 Kabupaten dan Kota menjadi penting untuk dikaji guna melahirkan hasil kajian perencanaan untuk Provinsi Sulawesi Tengah (SulTeng).

Adalah daerah di mana UNILAKI bermukim dan dapat memaksimalkan perannya terhadap pengembangan kepariwisataan. Tepatnya di Kabupaten Konawe.

“Kami berdiskusi di Kampus, memilih Sulawesi Selatan, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai lokasi KKL. Supaya mahasiswa kami bisa belajar perencanaan dan pengembangan pariwisata dengan dinamika aglomerasi pertumbuhan penduduk. SulSel juga luas wilayahnya dan punya banyak Kabupaten/Kota”, ungkapnya.

Di samping kewilayahan, baginya kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) SulSel terhadap pengembangan destinasi wisata merupakan hal luar biasa. Daya tarik destinasi melalui pembangunan infrastruktur, penyediaan akomodasi, Sumber Daya Manusia hingga promosi dan pemasaran layak dipedomani untuk kemudian dire-aplikasi di daerahnya.

“Kedatangan kami dalam rangka, mahasiswa kami ini, salah satu mata kuliah praktek kerja lapangan 4 SKS yang dilibatkan Kampus untuk menimba ilmu pada dunia praktis”, tambah Hasdin.

Adapun pengembangan wisata di SulSel mampu merangsang wisatawan baik nusantara maupun mancanegara, secara berkesinambungan mengunjungi destinasi yang ada. Bahkan telah menyiapkan diri menyambut lonjakan wisatawan pasca Pandemi COVID-19 dengan menyesuaikan era The New Normal

“Implikasinya memotivasi wisatawan datang berkunjung berkali-kali ke Sulawesi Selatan. Ini kami minta diberikan gambaran detail pada masing-masing bidang yang ada di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, paling tidak sedikit bocoran strategi dan tipsnya”, tegasnya.

Sementara Syamsuniar Malik mengatakan, pengembangan kepariwisatan SulSel tidak terlepas dari keseriusan Pemprov pada sektor pariwisata. Menempatkannya sebagai program strategis pembangunan, mengacu Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur SulSel tahun 2018-2023.

“Sektor pariwisata menjadi sektor terpuruk selama Pandemi COVID-19 ini, tentu terjadi penurunan angka kunjungan wisatawan. Meski begitu, Pemprov bersama Pemerintah Kabupaten dan Kota terus berbenah dalam mengembangkan kawasan atau destinasi wisata kita, di Toraja misalnya mungkin sudah ada adik-adik yang kesana”, ujar dia.

Lanjut, dirinya mengajak Mahasiswa dan Mahasiswi menyambangi destinasi wisata prioritas lainnya. Di antaranya Pantai Bira di Kabupaten Bulukumba, Permandian Alam Air Terjun Bantimurung di Kabupaten Maros dan juga Takabonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar.

“Saya harap kunjungan adik-adik ini bisa lebih lama di SulSel ya. Kita ada banyak destinasi wisata, jangan lupa untuk mengunjungi Balla Lompoa dan Benteng Somba Opu”, imbuhnya.

Terkait infrastruktur, Pemprov gencar membangun sarana dan prasarana pendukung berupa jalan akses darat dan penerbangan ke destinasi tujuan wisata. Promosi dan pemasaran juga terus digiatkan, seperti halnya dijelaskan Abdul Azis dengan memberdayakan kalangan milenial di Kabupaten/Kota.

“Alhamdulillah kita terbantu dengan komunitas-komunitas di daerah, lembaga dan juga Pemerintah daerah pastinya. Jadi ada GenPI, GIPI, HPI, PHRI, ASITA dan asosiasi yang lain, juga kita berdayakan Duta Wisata, Selebgram, YouTuber, Facebooker dan sejumlah kader pariwisata, promosi begitu meluas dan intens berkat kolaborasi banyak pihak”, tutur Azis.

Pemerintah punya keterbatasan, semua unsur jika berjalan sendiri-sendiri niscaya tidak bisa optimal. Karenanya, Azis menekankan pentingnya pentahelix tourism, di samping kesiapan Pemerintah itu sendiri sebagai ujung tombak dan pelopor.

“Kami di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki pusat informasi SSTIC (South Sulawesi Tourism Information Center), menyajikan informasi terupdate dari 24 Kabupaten/Kota. Ini masih offline, Inshaa Allah tahun ini kita selangkah lebih maju lagi, sedang kita kembangkan aplikasi berbasis web yang ONLINE dan bisa diakses publik”, katanya.

Sedangkan promosi realtime melalui Media Mainstream (Website) dan Media Social (Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, dll) sudah berjalan sejak lama. Hanya saja kata dia, pihaknya mengedepankan promosi terarah dan terukur agar tidak terjadi ketimpangan serta over promotion dari kenyataan di lapangan.

Muh Arnawansah yang akrab disapa Nanang menambahkan, pariwisata sifatnya mainstream. Dengan kata lain, sektor ini terkoneksi dengan sejumlah sektor seperti ekonomi, kesehatan dan transportasi.

Pembangunan melalui peran aktif Pemprov SulSel tidak serta merta hanya memfokuskan serapan anggaran pada pariwisata saja. Penyiapan prasarana jalan misalnya tetap digelontorkan melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), untuk sarana transportasi melalui Dinas Perhubungan dan prasarana UKM ditangani Dinas Koperasi.

“Pariwisata itu mainstream, jadi utama, makanya harus memacu dan memicu sektor lainnya. Misalnya akses, pengembangannya di Dinas PU, pengembangan UKM di Dinas Koperasi, kalau di Dinas Pariwisata lebih pada promosi dan pengembangan destinasi yang mengarah pada pengembangan Sumber Daya Manusia”, kunci Nanang. (*)