Professor NA Datangi Lokasi Pembuatan Kapal Pinisi: Punya Nilai Historis Tinggi

 

Historis Kapal Pinisi.
Nurdin Abdullah (kelima dari kiri) saat mengunjungi lokasi pembuatan Kapal Pinisi (03/02/21).

AMBAE.co.idBulukumba. Kabupaten Bulukumba selain menawarkan keindahan alam, pasir putih dan air yang jernih, juga menawarkan wisata budaya dan pendidikan dalam rupa pembuatan kapal pinisi.

Proses pembuatan kapal tradisional masyarakat Bugis Makassar itu sudah ada sejak zaman nenek moyang orang Indonesia. Merupakan bukti Indonesia negara maritim yang besar sejak dulu kala dengan budaya pelaut dan pembuat kapal yang tangguh.

Melihat prosesnya dari awal hingga akhir, bisa Anda saksikan langsung di Tana Beru. Tepatnya di Kelurahan Tana beru, Kecamatan Bonto Bahari.

Desa yang penduduknya berprofesi sebagai pembuat perahu pinisi itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Bisa melihat kapal yang dibangun dengan harga milyar Rupiah sekaligus berswafoto.

Gubernur Sulawesi Selatan (SulSel), HM Nurdin Abdullah pada Rabu (03/02/21) memanfaartkan kesempatan untuk berkunjung di sela jadwal kunjungan kerjanya ke kabupaten yang dikenal sebagai “Butta Panrita Lopi” atau daerah bermukimnya orang yang ahli dalam membuat perahu.

Read:  Maksud Hati Melihat Benda Bersejarah, Kepala Badiklat PKN BPK RI Sulsel Sambangi Museum La Galigo

Nurdin Abdullah atau NA berkesempatan pula meresmikan Masjid Al-Muslimin. Adalah rumah ibadah umat Muslim yang ditujukan pemanfaatannya kepada para wisatawan dan warga sekitar.

Dikatakan, kapal pinisi memiliki nilai historis yang tinggi. Banyak dipesan dari berbagai negara dengan harga milyaran.

Bahkan banyak beroperasi di daerah wisata di Indonesia. Gubernur bergelar Professor itu lanjut menyebutkan bahwa daerah wisata di SulSel juga menggunakan kapal tersebut.

“Kapal ini asli Bulukumba. Punya nilai historis yang tinggi”, singkatnya.

Kepada H Rusdi Mulyadi, salah seorang pembuat kapal, dia menanyakan kendala yang dihadapi. Dibalas dengan sebuah permintaan agar Pemerintah mensupport penuh ketersediaan bahan baku pembuatan kapal.

“Kami cuma minta dukungan Pemerintah supaya dimudahkan masuknya material. Material pembuatan kapal pinisi dari Kendari”, pinta dia yang akrab disapa Ulli.

Dijelaskan bahwa pemesan kapal kebanyakan datang dari luar negeri, mencapai 75 persen. Pemesan lazimnya melakukan survey.

Read:  Paku Untuk Pemilu 2019 Bantaeng Lebih Tinggi Dari Monas Jakarta

Untuk itu dibutuhkan promosi, Ulli terbantu postingan sejumlah wisatawan melalui sosial media. Sementara yang dilakukan berupa komunikasi dua arah dengan calon pemesan.

“Tanpa promosi, tidak akan dikenal, kalau kami tidak pernah upload di medsos. Cuma pengunjung datang foto-foto, terus minta izin, Saya bilang silakan karena itu bagian dari promosi”, tuturnya.

Kendala lain terkait komunikasi multi bahasa. Sehingga akan lebih mudah menurutnya jika promosi dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi karena cenderung tidak lagi membutuhkan penerjemah bahasa.

“Rumit kalau pakai penerjemah bahasa. Kapal ini investasinya besar, otomatis orang survei dulu. Jadi rata-rata itu, mereka melakukan survei”, terangnya.

Keahlian yang dimiliki disampaikan sebagai warisan dari sang leluhur. Turun-temurun, Ulli mengaku diajari Bapaknya, H Muslim Baso.

“Saya bisa membuat kapal dari orang tua. Pekerja dari warga di sini juga”, paparnya.

Itu dilakukan guna melestarikan warisan nenek moyangnya. Termasuk menjaga budaya bisa berlanjut dari generasi ke generasi.

“Kapal dikerja 2 tahun oleh 9 orang. Interior dikerja orang lain, kami bagian pembuatan saja”, kata dia.

Salah satu kapal yang sedang dikerjakan berukuran panjang, lebar dan tinggi sekitar 50x13x5,3 Meter. Untuk material, berbahan kayu besi dan kayu jati pada struktur kapal, sedang badan kapal dari kayu besi.

Read:  Robot Maker Bulukumba Fina Datangi KBK Disambut Tanya: Adakah Pendeteksi Jodoh?

Dipesan seorang Pengusaha keturunan Bugis asal Kalimantan. Harga jualnya mencapai Milyaran Rupiah.

“Kapal ini besar, dibuat dari kayu besi. Kayunya pilihan, ujarnya.

Dia pun berharap Gubernur SulSel agar Pemerintah menyediakan docking kapal. Tentu berdaya guna untuk perawatan kapal.

“Mudah-mudahan nanti ada docking kapal disiapkan Pemerintah. Sarana untuk memperbaiki dan perawatan kapal tidak kami punya”, pungkasnya. (*)