AMBAE.co.id – Bantaeng. Era globalisasi saat ini yang makin maju, rupanya tidak meluluh lantakkan kearifan lokal di sebagian area di Indonesia. Setidaknya tampak menghiasi Lingkungan Be’lang Barat, tepatnya di Jalan T A Gani IV Lorong 4, Kelurahan Bonto Atu, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng.
Mengawali tahun 2021 di penanggalan 1 Januari, puluhan anak beragam usia memainkan kelereng. Begitu lihai mengatur strategi demi memenagi permainan Taro’-taro’.
Di mana setiap pemain menaruh sejumlah kelereng (lazimnya 2 atau 3 butir) pada pola berbentuk segitiga, lingkaran ataupun persegi yang diukir di atas tanah. Lalu masing-masing mengarahkan kelereng di tangannya ke arah pola untuk memulai sesi bermain.
“Pertama to, semua lempar kelerengnya ke sini (Red: posisi pola Taro’-taro’). Terus, yang paling dekat dari (pola) ini, mulai ma’datte’ (menyentilkan) kelereng punyanya (miliknya/kelereng penyerang dari tangannya)”, jelas Ibba’ dengan logat Makassar.
Konsep taro’-taro’ sendiri adalah pemain harus meraih kelereng lebih banyak dari pola. Termasuk kelereng penyerang milik pemain lain yang bisa kena sentilan.
“Lawan ta juga bisa diambil kelerengnya kalau kena. Caranya, ibu jari dan jari tengah dikasi ketemu (dipertemukan), sudah itu didatte’ (disentil) pake jari tengah”, tuturnya menggambarkan cara menjentikkan kelereng penyerang.
Sementara itu, Ahmad Andre yang juga ikut bermain mengatakan bahwa Taro’-taro’ itu salah satu model bermain kelereng. Di lingkungannya yang kerap disebut Lorong AMBAE, juga dimainkan pottis-pottis, pontu-pontu dan model lainnya.
Pada intinya ada kontestasi antara pemain yang satu dengan yang lain. Kelereng sebagai media bermain dengan memanfaatkan area lapang seperti halaman rumah, kolong rumah ataupun kebun dan lapangan.
“Tiap hari anak-anak main kelereng. Kalau hujan biasa main kelereng kita di kolong rumah”, kata Andre yang juga crew AMBAE.
Lanjutnya, tak hanya kalangan anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua ikut menunjukkan kelihaiannya. Namun, dalam permainan apapun kata dia, pemenang tidak selamanya memihak ke satu orang saja.
“Biasa juga, orang tua kalah. Tapi ada juga orangnya sudah tua, tapi jago dan menang”, tambahnya.
Prinsipnya, pemain dituntut terampil mengarahkan kelereng penyerang. Hal kedua, pemain memiliki kemampuan membidik yang tepat pada kelereng yang jadi target sasaran.
“Hati-hati juga, kalau tidak kena dan ada lawan di dekat kita, nanti kita yang diserang balik. Jadi kalau ragu-ragu, lebih baik arahkan ke tempat lain saja yang sulit dibidik lawan kita”, tegasnya.
Kembali Andre berujar, permainan rakyat masih mendominasi Lorong AMBAE sejak dulu. Di antaranya wayang-wayang, permainan loncat tali, bom-bom, tingko’-tingko’, koppeng-koppeng, padende dan cangke’.
“Kalau capek, yang punya HP (Red: Handphone) main game. Tapi biasanya sebentar ji, kalau ada mi main kelereng, dia berhenti main HP”, pungkasnya.
Pantauan langsung di hari pertama tahun 2021, sebagian orang tua turut meramaikan area bermain dengan menonton. Ada pula yang menyemangati pemain, membuat suasana sekitar Jum’at sore itu riuh dan cukup semarak. (*)