Alokasikan 4 Milyar, Pemprov SulSel Target 4 Bulan Selesaikan Asrama Anging Mammiri

Peletakan batu pertama Asrama Anging Mammiri oleh Gubernur SulSel (02/09/20).

AMBAE.co.id – Yogyakarta. Gubernur Sulawesi Selatan, HM Nurdin Abdullah melakukan peletakan batu pertama pembangunan Asrama Putri Sulawesi Selatan di Kota Yogyakarta. Tepatnya Asrmaa “Anging Mammiri” pada Rabu (02/09/20).

Asrama itu berlokasi di Jalan Kota Baru, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk merealisasikan sarana itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) SulSel menyiapkan sekitar 4 Milyar Rupiah.

“Alhamdulillah hari ini kita akan memulai pembangunan Asrama Putri Anging Mammiri di Kota Yogyakarta. Pemprov mengalokasikan anggaran sebesar Rp 4.408.916.029”, jelasnya.

Gedung itu dirancang memiliki 15 kamar dari total 2 lantai. Sementara pengganggarannya bersumber dari APBD (Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah) Provinsi SulSel Tahun Anggaran 2020.

“Inshaa Allah kita targetkan bangunan ini rampung 4 bulan ke depan. Kita bangun 2 lantai untuk 15 kamar”, tambahnya.

Selain asrama Anging Mammiri, Pemprov SulSel juga memiliki 4 asrama lainnya. Masing-masing asrama Latimojong untuk mahasiswa (putera), asrama Bawakaraeng, asrama Sawerigading dan asrama Mattoanging.

“Jadi untuk sementara, kita kontrakkan dulu mahasiswi yang menghuni di asrama ini. Sambil kita tunggu, Inshaa Allah 120 hari ke depan sudah selesai dan siap ditempati”, imbuh dia.

Senada itu, H Ezra Silalahi selaku Kepala Badan Penghubung Daerah SulSel mengungkapkan bahwa Pemprov SulSel memiliki 11 asrama mahasiswa di Pulau Jawa. Tersebar di sejumlah provinsi di Jawa sejak 2018.

Dia juga menyebutkan alasan dibangunnya kembali asrama Anging Mammiri. Kondisinya sudah tidak memadai lagi ditempati.

“Kondisi 2 asrama kita di sini sudah bocor dan lapuk sejak lama yakni Asrama Putri Anging Mammiri dan Asrama Putra Latimojong. Bahkan dindingnya tidak layak lagi”, ujarnya.

Makanya Pemprov SulSel memfasilitasi mahasiswa dan mahasiswi yang menimba ilmu di Yogyakarta dengan gedung yang lebih representatif. Dengan harapan agar memberi semangat untuk lebih giat belajar dan beraktifitas selama kuliah di rantau.

Lebih terang lagi disampaikan Sisruwadi, Asisten I Kota Yogyakarta saat ini bahwa keberadaan asrama milik SulSel itu dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Di samping itu, asrama diyakini sebagai simbol persatuan sesama mahasiswa dan mahasiswi.

“Asrama ini juga bisa menjadi rumah budaya. Sekaligus menguatkan dan memperkaya khazanah budaya”, harapnya.

Betapa tidak, mahasiswa dan mahasiswi dari SulSel turut memperkaya keberagaman di Yogyakarta. Dan juga berkontribusi terhadap pemanfaatan wawasan kebangsaan dengan berbaurnya warga asal SulSel dengan warga setempat serta daerah lainnya dari seluruh Indonesia. (*)