AMBAE.co.id – Jeneponto. Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Satu di antaranya, pembatasan yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi terhadap kunjungan Calon Jama’ah Haji (CJH) ke negeri yang terletak di jazirah Arab itu.
Memicu pembatasan total bagi seluruh jama’ah termasuk Indonesia serta Kabupaten Jeneponto pada khususnya. Yang mana, rukun Islam kelima yakni ibadah haji sebagai kewajiban untuk ditunaikan bagi mereka yang mampu, hanya dibolehkan bagi warga setempat.
Karenanya Professor HM Nurdin Abdullah meminta warga Jeneponto untuk tetap bersabar. Penundaan itu menurutnya demi menghindari virus corona semakin menyebar dan meluas.
“Sabar ki (sabar ya) dulu, semua ini sudah diatur dan ditetapkan Allah Swt. Kita hanya bisa berencana, tapi Allah Swt punya rencana yang lebih dari apa yang kita pikirkan”, pinta Gubernur Sulawesi Selatan (SulSel) itu.
Pada kesempatan itu, Professor jebolan Jepang itu berdiri dan menyampaikan arahan di hadapan jama’ah Jeneponto. Lanjut menunaikan ibadah Shalat Idul Adha 1441 Hijriyah, tepatnya di Lapangan Musafir, Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Jum’at pagi (31/07/20).
Dia pun berharap, tahun mendatang ibadah haji kembali dapat ditunaikan CJH Jeneponto maupun jama’ah dari seluruh dunia. Berbekal kesabaran, Inshaa Allah kata Nurdin akan mendatangkan Ridho Allah Swt.
Seperti diketahui bahwa tahun 2019 lalu, CJH Jeneponto kurang lebih 346 orang. Dari angka itu, terdapat CJH usia tua atau lansia.
Sejumlah informasi dari WHO (World Health Organisation) dan juga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta beberapa hasil riset peneliti menyebutkan bahwa lansia relatif beresiko tinggi terpapar penyakit tersebut. Meski COVID-19 disebut-sebut pula dapat menjangkiti semua usia dan kalangan.
Nurdin Abdullah kemudian menghimbau masyarakat daerah berjuluk Butta Turatea (Tanah Orang Di atas) itu untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Termasuk dalam pelaksanaan ibadah.
“Pakai ki (pakai ya) masker, juga jaga jarak dan rajin cuci tangan”, imbuhnya yang kental dengan dialeg Makassar. (*)