AMBAE.co.id – Bantaeng. Korban tewas akibat tenggelam di Desa Barua, Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng menggiring keterlibatan regu penyelamat untuk memberi pertolongan sekaligus penyelamatan serta evakuasi, Minggu siang (24/11/19). Korban diketahui berenang di sungai yang diduga pernah berlangsung aktifitas tambang galian C.
“Pernah digali ini sungai oleh masyarakat disini dengan excavator, terus diambil pasirnya. Makanya itu tambah dalam kira-kira lebih 2 Meter, jadi bahaya memang kalau berenang disini”, jelas salah seorang warga.
Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Kabupaten Bantaeng diterjunkan ke TKP (Tempat Kejadian Perkara). Dimana sungai tersebut berada di titik batas wilayah antara Desa Barua dan Desa Lonrong.
TRC BPBD didukung Brigade Siaga Bencana (BSB) 113 yang mana keduanya bagian tak terpisahkan dari PSC (Public Safety Center) 119 Kabupaten Bantaeng. Dibenarkan Kepala BPBD Bantaeng, Irfan Fajar jika timnya melakukan proses pencarian.
“Jadi kita langsung respon cepat setelah mendapat informasi, ada warga yang menjadi korban tenggelam di Sungai Batu Doli. Tim langsung kita arahkan ke TKP”, bebernya.
Dikabarkan sebelumnya melalui status akun sosial media Facebook bahwa ada 3 orang tenggelam di Sungai Batu Doli dengan sejumlah informasi yang masih simpang siur khususnya identitas korban. Dan belakangan, AMBAE berhasil menghimpun informasi lengkap.
Korban tewas bernama Yuliati (19) dan Reski (15), bukan Hasni seperti dipublikasikan Breaking News AMBAE. Keduanya berasal dari Dusun Bangkeng Buki’, Desa Pa’bentengang, Kecamatan Eremerasa.
Tak hanya itu, ada Sukma, Nurlinda, Fandi dan Farel yang turut bersama korban saat sedang mencuci pakaian di TKP. Namun 4 orang tersebut berhasil selamat, sementara Sukma sendiri harus menjalani perawatan di Puskesmas Pa’bentengang.
Seorang warga lainnya menjelaskan terkait keberadaan korban tewas bahwa keduanya sudah dievakuasi oleh ambulance BSB 113 menuju RSUD Prof Dr HM Anwar Makkatutu Bantaeng untuk selanjutnya dibawa ke rumah duka di Bangkeng Buki’. (*)